Pernah merasa lemas berkepanjangan, atau dokter tiba-tiba menyarankan untuk cek darah lengkap? Jangan panik dulu. Tes darah lengkap atau Complete Blood Count (CBC) adalah salah satu pemeriksaan paling umum yang dilakukan di berbagai klinik dan rumah sakit.
Bahkan di RS Siloam atau Mayapada sekalipun, tes ini hampir selalu jadi bagian dari medical check-up rutin. Yang menarik, dengan satu kali ambil darah saja, dokter bisa “membaca” banyak hal tentang kondisi kesehatan kita. Mulai dari mendeteksi anemia, infeksi, hingga tanda-tanda awal penyakit yang lebih serius.
Tapi, apa saja sebenarnya yang diperiksa dalam tes ini?
Mengenal Tes Darah Lengkap

Definisi Complete Blood Count (CBC)
Complete Blood Count atau yang kita kenal sebagai tes darah lengkap adalah pemeriksaan laboratorium yang mengukur berbagai komponen sel darah dalam tubuh. Dengan menganalisis tiga jenis sel darah utama — yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit — tes ini mampu memberikan gambaran umum tentang kondisi kesehatan seseorang.
Yang membuat tes ini istimewa adalah kemampuannya untuk memberikan informasi komprehensif hanya dari sampel darah sebanyak 2-3 ml. Bayangkan, dari setetes darah kecil itu, laboratorium bisa menghasilkan 15-20 parameter berbeda yang membantu dokter mendiagnosis kondisi kesehatan.
Komponen yang Diperiksa
Dalam tes darah lengkap, ada beberapa komponen utama yang dianalisis. Hemoglobin (Hb) merupakan komponen pertama yang diperiksa. Protein ini terdapat dalam sel darah merah dan berperan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sementara itu, hematokrit (Ht) menunjukkan seberapa besar persentase sel darah merah dalam darah seseorang.
Selanjutnya, tes akan menghitung jumlah eritrosit, leukosit, dan trombosit. Ketiganya merupakan komponen utama dalam darah yang punya fungsi berbeda. Tidak ketinggalan, ada juga indeks eritrosit seperti MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin), dan MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) yang memberikan informasi lebih detail tentang karakteristik sel darah merah.
Indikasi Pemeriksaan
Dokter biasanya merekomendasikan tes darah lengkap dalam berbagai situasi. Paling umum saat kita mengeluh gejala seperti kelelahan berlebihan, pucat, demam berkepanjangan, atau mudah memar. Pemeriksaan ini juga rutin dilakukan sebagai bagian dari medical check-up tahunan.
Kondisi lain yang memerlukan tes darah lengkap antara lain suspek anemia, infeksi, gangguan pembekuan darah, atau monitoring pengobatan tertentu. Bahkan untuk operasi kecil sekalipun, biasanya dokter akan meminta hasil tes darah lengkap terbaru sebagai syarat kelayakan operasi.
Parameter Darah Lengkap

Hemoglobin dan Hematokrit
Hemoglobin adalah “bintang utama” dalam tes darah lengkap. Nilai normal hemoglobin untuk pria dewasa berkisar 13,5-17,5 g/dL, sedangkan untuk wanita 12,0-15,5 g/dL. Ketika nilai Hb rendah, biasanya mengindikasikan anemia.
Hematokrit, di sisi lain, menunjukkan persentase volume sel darah merah terhadap total volume darah. Nilai normal hematokrit untuk pria sekitar 38,3-48,6%, dan untuk wanita 35,5-44,9%. Kedua parameter ini saling berkaitan dan memberikan gambaran kemampuan darah mengangkut oksigen.
Yang menarik, kadang nilai hemoglobin bisa “menipu”. Misalnya pada kondisi dehidrasi, nilai Hb bisa tampak normal padahal sebenarnya ada anemia. Makanya dokter selalu melihat parameter lain sebagai pembanding.
Jumlah Sel Darah Merah
Jumlah eritrosit normal berkisar 4,32-5,72 juta sel/μL untuk pria dan 3,90-5,03 juta sel/μL untuk wanita. Kadar sel darah merah yang rendah dapat mengindikasikan anemia. Namun, jika jumlahnya berlebihan, bisa jadi itu tanda adanya polisitemia.
Eritrosit memiliki umur sekitar 120 hari, jadi tubuh terus memproduksi sel baru untuk menggantikan yang sudah tua. Proses ini terjadi di sumsum tulang belakang dan membutuhkan nutrisi seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
Jumlah Sel Darah Putih
Leukosit atau sel darah putih adalah “tentara” tubuh yang bertugas melawan infeksi. Jumlah normal berkisar 4.000-11.000 sel/μL. Peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) biasanya menandakan adanya infeksi atau inflamasi.
Ada beberapa jenis leukosit yang dihitung secara terpisah dalam differential count: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Masing-masing memiliki fungsi spesifik dalam sistem imun tubuh.
Neutrofil, misalnya, adalah “first responder” yang paling cepat datang ke lokasi infeksi bakteri. Sementara limfosit lebih berperan dalam imunitas jangka panjang dan melawan virus.
Jumlah Trombosit
Trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah. Jumlah normal berkisar 150.000-450.000 sel/μL. Trombosit rendah (trombositopenia) bisa menyebabkan mudah berdarah atau memar, sedangkan yang terlalu tinggi (trombositosis) meningkatkan risiko penggumpalan darah.
Saya pernah mengalami trombosit rendah. Itu terjadi setelah saya terinfeksi demam berdarah. Waktu itu nilai trombosit turun hingga 80.000, dan dokter meminta bed rest total sambil monitoring ketat. Untungnya setelah beberapa hari, nilai trombosit perlahan naik kembali.
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
MCV (Mean Corpuscular Volume) mengukur rata-rata ukuran sel darah merah. Nilai normal 80-100 fL. MCV rendah (mikrositik) sering dikaitkan dengan anemia defisiensi besi, sedangkan MCV tinggi (makrositik) bisa menunjukkan kekurangan vitamin B12 atau asam folat.
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) mengukur rata-rata berat hemoglobin per sel darah merah, dengan nilai normal 27-33 pg. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) mengukur konsentrasi hemoglobin dalam sel darah merah, dengan nilai normal 32-36%.
Parameter ini memberikan petunjuk tentang jenis anemia yang mungkin dialami pasien, sehingga membantu dokter menentukan penyebab dan pengobatan yang tepat.
Interpretasi Hasil

Nilai Normal vs Abnormal
Membaca hasil tes darah lengkap memang tricky. Laboratorium biasanya mencantumkan nilai rujukan normal di samping hasil pemeriksaan. Namun, yang perlu diingat adalah nilai “normal” ini bisa bervariasi tergantung metode pemeriksaan dan populasi referensi yang digunakan.
Dokter tidak hanya melihat apakah nilai berada dalam rentang normal atau tidak, tapi juga mempertimbangkan gejala klinis, riwayat penyakit, dan hasil pemeriksaan lain. Kadang nilai yang secara teknis “normal” bisa tetap bermakna klinis jika dikaitkan dengan kondisi pasien.
Anemia dan Penyebabnya
Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Dari tes darah lengkap, dokter bisa menentukan jenis anemia berdasarkan ukuran dan karakteristik sel darah merah.
Anemia defisiensi besi, yang paling umum di Indonesia, ditandai dengan MCV rendah dan sel darah merah yang pucat (hipokromik). Sedangkan anemia megaloblastik akibat kekurangan vitamin B12 atau asam folat menunjukkan MCV tinggi.
Ada juga anemia aplastik yang ditandai dengan penurunan semua jenis sel darah (pansitopenia), atau anemia hemolitik di mana sel darah merah rusak lebih cepat dari produksinya.
Infeksi dan Gangguan Imun
Peningkatan jumlah leukosit, terutama neutrofil, biasanya menunjukkan adanya infeksi bakteri. Sementara peningkatan limfosit lebih sering dikaitkan dengan infeksi virus seperti demam berdarah atau mononukleosis.
Yang menarik, pola perubahan leukosit bisa memberikan petunjuk lokasi infeksi. Misalnya, infeksi saluran kemih biasanya menunjukkan peningkatan neutrofil yang lebih tinggi dibanding infeksi virus biasa.
Pada kondisi autoimun atau gangguan sistem imun, hasil tes darah lengkap bisa menunjukkan pola yang berbeda, seperti penurunan total leukosit (leukopenia) atau perubahan proporsi berbagai jenis sel darah putih.
Gangguan Pembekuan Darah
Trombositopenia atau penurunan jumlah trombosit bisa disebabkan berbagai hal. Mulai dari infeksi virus (seperti demam berdarah), efek samping obat, hingga kelainan sumsum tulang. Gejala yang muncul biasanya mudah memar, bintik-bintik merah di kulit (petechiae), atau perdarahan berlebihan saat luka.
Sebaliknya, trombositosis atau peningkatan jumlah trombosit juga perlu diwaspadai karena bisa meningkatkan risiko stroke atau serangan jantung akibat penggumpalan darah.
Tanda-tanda Keganasan
Meski tes darah lengkap bukan pemeriksaan spesifik untuk kanker, ada beberapa pola yang bisa mencurigakan. Misalnya, leukemia akut sering menunjukkan jumlah leukosit yang sangat tinggi dengan banyak sel muda (blast) yang abnormal.
Anemia yang tidak bisa dijelaskan, terutama pada usia lanjut, juga perlu diwaspadai sebagai tanda kemungkinan keganasan tersembunyi. Begitu juga dengan trombositosis yang persisten tanpa penyebab yang jelas.
Persiapan dan Tindak Lanjut

Persiapan Sebelum Tes
Kabar baiknya, kamu tidak perlu berpuasa sebelum melakukan tes darah lengkap. Makan dan minum tetap diperbolehkan seperti biasa. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Hindari konsumsi alkohol berlebihan dalam 24 jam sebelum tes karena bisa mempengaruhi jumlah sel darah. Begitu juga dengan obat-obatan tertentu yang mungkin perlu dihentikan sementara atas saran dokter.
Usahakan istirahat cukup sebelum tes karena stres fisik atau kurang tidur bisa mempengaruhi jumlah leukosit. Oh ya, kalau sedang haid, sebaiknya beritahu petugas lab karena bisa mempengaruhi interpretasi hasil.
Prosedur Pengambilan Sampel
Untuk tes darah lengkap, sampel biasanya diambil dari pembuluh darah (vena) di bagian lengan. Prosesnya cukup cepat, sekitar 2-3 menit saja. Petugas akan mengikat lengan dengan tourniquet, membersihkan area dengan alkohol, lalu memasukkan jarum ke dalam vena.
Setelah tabung darah terisi (biasanya 2-3 ml), jarum dicabut dan area bekas suntikan ditekan dengan kapas. Kadang ada yang merasa pusing setelah ambil darah, tapi ini normal dan biasanya hilang setelah beberapa menit.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil
Beberapa faktor bisa mempengaruhi akurasi hasil tes darah lengkap. Dehidrasi, misalnya, bisa membuat nilai hemoglobin dan hematokrit tampak lebih tinggi dari sebenarnya. Sebaliknya, kelebihan cairan tubuh bisa membuat nilai-nilai tersebut tampak lebih rendah.
Jika kamu melakukan olahraga berat sebelum tes, jumlah leukosit bisa meningkat dan memengaruhi hasil pemeriksaan. Begitu juga dengan merokok, yang bisa meningkatkan jumlah sel darah putih secara sementara.
Waktu pengambilan sampel juga penting. Perlu diketahui, sebagian komponen darah memang dapat berubah-ubah sepanjang hari. Tapi dalam konteks tes darah lengkap, variasi ini tidak terlalu berdampak signifikan.
Pemeriksaan Lanjutan yang Mungkin Diperlukan
Jika hasil tes darah lengkap menunjukkan kelainan, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan tambahan. Jika dicurigai anemia, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan tambahan seperti kadar zat besi, feritin, atau vitamin B12. Kalau ada kecurigaan infeksi, mungkin perlu kultur darah atau tes marker inflamasi seperti CRP.
Dalam beberapa kasus yang lebih sulit, pemeriksaan lanjutan seperti analisis sumsum tulang atau konsultasi dengan dokter hematologi bisa diperlukan. Tapi jangan khawatir, kebanyakan kelainan hasil tes darah lengkap bisa ditangani dengan baik.
Konsultasi dengan Dokter
Yang paling penting, jangan coba-coba interpretasi hasil tes darah sendiri. Meski sekarang banyak informasi di internet, tetap konsultasikan hasil ke dokter yang meminta pemeriksaan tersebut.
Dokter akan mempertimbangkan hasil tes dalam konteks gejala, riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik. Kadang nilai yang tampak “abnormal” di kertas ternyata masih dalam batas wajar untuk kondisi tertentu.
Jangan lupa tanyakan tentang biaya tes darah lengkap dan harga cek darah di fasilitas kesehatan yang akan dikunjungi. Di Jakarta, biaya untuk tes darah lengkap cukup bervariasi. Harganya biasanya berada di kisaran Rp 50.000 hingga Rp 150.000, tergantung fasilitas kesehatan yang dipilih. BPJS juga menanggung biaya tes ini jika ada indikasi medis yang tepat.
Ingat, tes darah lengkap adalah alat bantu diagnosis yang sangat berharga. Dengan memahami apa yang bisa dideteksi dari pemeriksaan ini, kita bisa lebih proaktif menjaga kesehatan dan tidak panik berlebihan saat dokter menyarankan tes darah lengkap apa saja yang perlu diperiksa.
Referensi:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 tentang pemeriksaan tanda dan gejala anemia serta pemeriksaan penunjang.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Keputusan Menteri Kesehatan tentang standar teknis pemeriksaan kesehatan jemaah haji.
- World Health Organization. (2021). The selection and use of essential in vitro diagnostics: report of the third meeting of the WHO Strategic Advisory Group of Experts on In Vitro Diagnostics (Technical Report Series No. 1031). WHO.
Artikel ini telah ditinjau oleh tim medis dan bukan merupakan pengganti konsultasi dengan dokter. Jika mengalami gejala yang disebutkan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.