Pneumonia: Infeksi Paru yang Bisa Mengancam Jiwa

Pneumonia Infeksi Paru yang Bisa Mengancam Jiwa

Minggu lalu, tetangga saya tiba-tiba dilarikan ke RS Cipto Mangunkusumo karena sesak napas berat. Awalnya dia cuma batuk biasa, tapi dalam hitungan hari kondisinya memburuk drastis. Ternyata dia kena pneumonia yang sudah parah. Kejadian ini mengingatkan saya betapa seriusnya penyakit yang satu ini.

Pneumonia memang bukan penyakit yang bisa dianggap enteng. Menurut Kementerian Kesehatan, pneumonia menempati posisi ketiga sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia, setelah stroke dan penyakit jantung. Ironisnya, banyak kasus pneumonia sebenarnya dapat dicegah jika kita lebih peka terhadap gejala-gejala awalnya.


Mengenal Pneumonia

Pneumonia Infeksi Paru yang Bisa Mengancam Jiwa - Gejala Pneumonia

Pneumonia itu infeksi yang menyerang kantong-kantong udara kecil di paru-paru kita, yang disebut alveoli. Bayangin aja, kantong udara yang harusnya terisi oksigen malah kebanjiran cairan dan nanah. Pantas aja napas jadi sesak banget.

Jenis-Jenis Pneumonia

Ada beberapa tipe pneumonia yang perlu kita tahu. Pneumonia komunitas adalah yang paling sering terjadi – kita bisa kena di mana aja, dari kantor, pasar, atau tempat umum lainnya. Sedangkan pneumonia nosokomial atau rumah sakit biasanya lebih berbahaya karena bakteri di rumah sakit cenderung lebih kebal terhadap antibiotik.

Ada juga pneumonia atipikal yang gejalanya agak beda dari pneumonia pada umumnya. Biasanya demamnya tidak terlalu tinggi, tapi batuknya kering dan berlangsung lama. Jenis ini sering disebabkan oleh bakteri mycoplasma atau chlamydia.

Siapa yang Berisiko Tinggi?

Anak-anak di bawah 5 tahun dan orang dewasa di atas 65 tahun paling rentan kena pneumonia. Sistem imun mereka memang belum atau sudah menurun. Namun, ini tidak berarti orang-orang di usia produktif terbebas dari risiko pneumonia.

Orang dengan penyakit kronis seperti asma, diabetes, atau penyakit jantung juga berisiko tinggi. Begitu juga perokok aktif – paru-paru mereka sudah lemah duluan. Saya punya teman yang chain smoker, sampai sekarang masih susah disuruh berhenti meskipun sudah pernah kena pneumonia dua kali.


Penyebab Pneumonia

Pneumonia Infeksi Paru yang Bisa Mengancam Jiwa - Penyebab Pneumonia

Bakteri Streptococcus pneumoniae

Ini dalang utama pneumonia bakterial. Bakteri jahat ini bisa menyebar lewat droplet ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Makanya di masa pandemi kemarin, protokol kesehatan kayak pakai masker terbukti efektif banget mencegah penularan tidak hanya COVID-19, tapi juga pneumonia bakterial.

Streptococcus pneumoniae ini licik. Bakteri ini bisa menetap diam-diam di tenggorokan tanpa gejala apa pun, namun saat sistem imun melemah, ia dapat langsung menyerang paru-paru.

Virus Penyebab Pneumonia

Virus influenza A dan B sering jadi biang keladi pneumonia viral, terutama pada musim hujan. Bayi dan anak-anak rentan terhadap infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV), yang juga menjadi perhatian utama karena bisa memicu pneumonia.

Yang agak tricky, pneumonia viral biasanya dimulai seperti flu biasa. Demam, hidung meler, batuk ringan. Namun bila tidak segera ditangani, infeksi tersebut bisa berkembang menjadi pneumonia yang parah.

Jamur dan Aspirasi

Meski lebih jarang terjadi, pneumonia akibat infeksi jamur sangat berisiko bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, seperti pasien HIV atau yang tengah menjalani kemoterapi. Jamur candida atau aspergillus bisa menginfeksi paru-paru mereka.

Jenis pneumonia aspirasi muncul saat makanan, cairan, atau muntahan secara tidak sengaja masuk ke saluran pernapasan dan paru-paru. Ini sering terjadi pada orang yang mengalami gangguan menelan atau dalam kondisi tidak sadar. Karena itu, pasien stroke perlu ekstra hati-hati saat makan agar tidak terjadi aspirasi ke paru-paru.


Gejala Pneumonia

Pneumonia Infeksi Paru yang Bisa Mengancam Jiwa - Ciri Pneumonia

Demam Tinggi dan Menggigil

Ciri pneumonia yang paling klasik adalah demam tinggi yang datang tiba-tiba, bisa sampai 39-40 derajat Celsius. Beda sama demam flu biasa yang naik turun, demam pneumonia cenderung tinggi terus dan disertai menggigil hebat sampai gigi gemeletuk.

Saya masih ingat ketika adik saya didiagnosis pneumonia; meskipun sudah dibungkus selimut tiga lapis, tubuhnya tetap menggigil hebat. Badan panas tapi dia bilang kedinginan. Gejala pneumonia ini memang bikin penderitanya sangat tidak nyaman.

Batuk Produktif yang Mengganggu

Batuk pneumonia bukan batuk kering biasa. Ini batuk yang mengeluarkan dahak kental, kadang berwarna kuning, hijau, atau bahkan berdarah. Suaranya dalam dan serak, berbeda banget sama batuk flu.

Gejala pneumonia satu ini sering bikin penderitanya susah tidur. Batuknya terus-menerus, apalagi kalau posisi berbaring. Makanya banyak pasien pneumonia yang tidurnya harus setengah duduk.

Sesak Napas yang Progresif

Ini gejala pneumonia yang paling bikin panik. Awalnya mungkin cuma sesak kalau jalan cepat atau naik tangga. Namun seiring waktu, napasnya menjadi pendek meskipun sedang dalam keadaan istirahat.

Napas jadi cepat dan dangkal, kadang sampai 30 kali per menit (normal orang dewasa 12-20 kali). Kekurangan oksigen bisa menyebabkan bibir dan kuku tampak membiru.

Nyeri Dada Saat Bernapas

Rasa nyeri di dada terasa tajam dan menusuk, terutama saat menarik napas dalam atau ketika batuk. Ini terjadi karena pleura (selaput paru) ikut meradang. Rasanya kayak ditusuk-tusuk dari dalam.

Beberapa pasien bilang nyerinya kayak diremas-remas atau seperti ada yang menindih dada. Posisi tidur pun harus diatur sedemikian rupa biar tidak terlalu sakit.

Kelelahan Ekstrem

Gejala pneumonia yang satu ini sering diabaikan. Penderitanya merasa sangat lemas, bahkan untuk aktivitas ringan seperti ke kamar mandi atau makan. Ini karena tubuh butuh energi ekstra untuk melawan infeksi.

Kelelahan ini bukan lelah biasa yang hilang setelah istirahat. Meskipun sudah tidur cukup, badannya tetap terasa berat dan tidak bertenaga.


Pneumonia pada Bayi dan Anak

Pneumonia Infeksi Paru yang Bisa Mengancam Jiwa - Pneumonia Pada Anak

Tanda Khusus pada Bayi

Pneumonia pada bayi gejalanya agak beda dan lebih subtle. Bayi mungkin tidak demam tinggi, tapi jadi rewel terus, malas minum ASI, dan tidurnya gelisah.

Perhatikan cara napasnya – kalau sampai terlihat tarikan dinding dada ke dalam (retraksi) atau napasnya bunyi “grok-grok”, itu tanda bahaya. Warna kulit bisa tampak kebiruan, terutama di area bibir dan kuku, yang menjadi salah satu ciri pneumonia berat.

Pneumonia pada bayi di bawah 2 bulan sangat berbahaya dan butuh perawatan rumah sakit segera. Sistem imun mereka belum sempurna, jadi infeksi bisa menyebar dengan cepat.

Gejala pada Anak yang Lebih Besar

Pneumonia pada anak usia balita biasanya lebih mudah dikenali. Mereka bisa mengeluh sakit dada atau susah bernapas. Nafsu makannya menurun drastis dan jadi lebih suka rebahan.

Anak dengan pneumonia juga sering mengalami muntah dan diare, terutama kalau penyebabnya virus. Aktivitas bermain mereka berkurang, lebih cengeng dari biasanya.


Diagnosis dan Pengobatan

Pneumonia Infeksi Paru yang Bisa Mengancam Jiwa - Pneumonia Pada Bayi

Pemeriksaan Fisik dan Rontgen Dada

Dokter biasanya mulai dengan mendengarkan suara paru pakai stetoskop. Kalau ada pneumonia, akan terdengar suara abnormal seperti ronki basah atau suara napas yang menurun pada bagian paru yang terinfeksi.

Selain pakai stetoskop, dokter juga akan menggunakan metode rontgen. Jika hasil rontgen ada flek putih bisa dipastikan kena pneumonia. Namun perlu diingat, hasil rontgen yang tampak normal belum tentu menyingkirkan kemungkinan pneumonia, khususnya jika masih dalam fase awal.

Tes Laboratorium Pendukung

Pemeriksaan darah lengkap bisa menunjukkan peningkatan sel darah putih (leukosit) sebagai respons tubuh melawan infeksi. Kalau leukositnya sangat tinggi, biasanya menandakan infeksi bakterial.

Tes dahak atau sputum culture kadang diperlukan untuk menentukan jenis bakteri penyebab dan antibiotik yang tepat. Tapi sayangnya, tidak semua pasien bisa mengeluarkan dahak untuk diperiksa.

Pengobatan Antibiotik

Pneumonia bakterial harus diobati dengan antibiotik yang tepat. Untuk pneumonia komunitas, dokter biasanya memilih amoxicillin atau azithromycin sebagai terapi awal. Dosis dan lamanya pengobatan harus sesuai resep dokter – jangan pernah berhenti sendiri meskipun sudah merasa enakan.

Untuk pneumonia yang parah atau tidak respons dengan antibiotik oral, mungkin perlu antibiotik suntik di rumah sakit. Beberapa bakteri memang sudah resisten terhadap antibiotik tertentu.

Perawatan Suportif

Selain pengobatan dengan antibiotik, pasien yang mengalami pneumonia juga memerlukan istirahat penuh serta asupan cairan yang cukup. Obat penurun demam seperti paracetamol atau ibuprofen bisa membantu mengurangi ketidaknyamanan.

Kalau sesak napasnya berat, mungkin perlu bantuan oksigen. Di rumah sakit, pasien bisa dipasang nebulizer atau bahkan ventilator kalau kondisinya kritis.

Vaksinasi sebagai Pencegahan

Vaksin pneumokokus (PCV13 dan PPSV23) bisa mencegah pneumonia yang disebabkan Streptococcus pneumoniae. Vaksin ini direkomendasikan untuk anak-anak, orang dewasa di atas 65 tahun, dan orang dengan kondisi berisiko tinggi.

Vaksin influenza juga penting karena bisa mencegah pneumonia sekunder akibat komplikasi flu. Vaksinnya perlu diulang setiap tahun karena virus flu terus bermutasi.

Pneumonia memang penyakit yang serius, tapi dengan pengenalan gejala yang tepat dan pengobatan yang cepat, prognosisnya bisa baik. Yang penting, jangan tunda ke dokter kalau mengalami gejala-gejala yang saya sebutkan tadi. Kesehatan paru-paru kita cuma satu, jadi jagalah dengan baik.


Referensi: