Kenali Perbedaan Tipes dan Demam Berdarah: Gejala hingga Penanganan

Kenali Perbedaan Tipes dan Demam Berdarah: Gejala hingga Penanganan

Demam tinggi yang tidak kunjung turun memang bikin panik. Apalagi kalau sudah berlangsung beberapa hari dan disertai gejala lain yang mengkhawatirkan. Nah, dua penyakit yang sering membuat bingung karena gejalanya mirip adalah tipes dan demam berdarah dengue (DBD).

Kedua penyakit ini sama-sama ditandai dengan demam tinggi yang bisa mencapai 39-40 derajat Celsius. Makanya nggak heran kalau banyak orang yang salah mengira dan terlambat mendapat penanganan yang tepat. Padahal, penyebab dan cara penanganannya berbeda loh.

Yuk, kita kupas tuntas perbedaan antara tipes dan demam berdarah supaya kamu bisa lebih waspada dan tahu kapan harus segera ke dokter.

Apa Itu Tipes dan Penyebabnya

Tipes atau demam tifoid adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Bakteri ini biasanya masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Kondisi lingkungan yang kurang bersih dan sanitasi yang buruk jadi faktor utama penyebaran penyakit ini.

Bakteri Salmonella typhi bisa bertahan hidup di air, es, debu, bahkan di pakaian kotor dalam waktu yang cukup lama. Makanya, orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi buruk lebih berisiko terkena tipes.

Saya sering lihat pasien tipes yang ternyata jajan sembarangan atau minum air yang kurang higienis,” kata dr. Sarah, dokter spesialis penyakit dalam di salah satu rumah sakit di Jakarta.

Penularan tipes juga bisa terjadi melalui kontak langsung dengan penderita, terutama jika tidak mencuci tangan dengan bersih setelah kontak dengan kotoran atau muntahan penderita.

Apa Itu Demam Berdarah dan Penyebabnya

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Berbeda dengan tipes, DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sudah terinfeksi virus. Nyamuk ini biasanya aktif menggigit pada pagi dan sore hari.

Virus dengue ada empat jenis (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4). Yang bikin bahaya, seseorang bisa terkena DBD lebih dari sekali dengan jenis virus yang berbeda. Malah, infeksi kedua atau ketiga biasanya lebih parah dari yang pertama.

Nyamuk Aedes aegypti suka berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, pot bunga, atau tempat penampungan air lainnya. Cuaca hujan dan lingkungan yang lembap jadi kondisi ideal buat nyamuk ini berkembang biak.

Puncak kasus DBD biasanya terjadi saat musim hujan, sekitar bulan Oktober sampai Maret. Tapi sekarang, kasus DBD bisa terjadi sepanjang tahun karena perubahan iklim.

Gejala yang Membantu Membedakan

Meski sama-sama ditandai demam tinggi, ada beberapa perbedaan gejala yang bisa membantu membedakan tipes dan DBD:

Gejala Tipes:

Gejala Tipes

Demam pada tipes biasanya naik secara bertahap dan bisa bertahan 1-2 minggu. Penderita juga mengalami sakit kepala hebat, mual, muntah, dan diare atau sembelit. Yang khas dari tipes adalah munculnya bintik-bintik merah muda di dada dan perut pada minggu kedua sakit.

Lidah penderita tipes juga tampak kotor dengan bagian tengah berwarna putih dan pinggiran merah. Perut terasa kembung dan nyeri, terutama di bagian kanan bawah.

Gejala DBD:

Demam DBD datang mendadak dan tinggi, biasanya disertai menggigil. Gejala khas lainnya adalah nyeri otot dan sendi yang hebat, sampai-sampai disebut “breakbone fever” atau demam patah tulang.

Penderita DBD juga mengalami sakit kepala parah, terutama di belakang mata. Muncul ruam kemerahan di kulit yang biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-4. Yang paling bahaya adalah pendarahan, bisa berupa mimisan, gusi berdarah, atau BAB berdarah.

Kalau demam tinggi disertai nyeri otot hebat dan muncul bintik merah di kulit, segera periksa ke dokter karena bisa jadi DBD,” saran dr. Andi, dokter umum di puskesmas.

Perbedaan lainnya, pada DBD biasanya terjadi penurunan trombosit yang drastis, sedangkan pada tipes tidak.

Tes Diagnostik yang Dibutuhkan

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan:

Pemeriksaan Tipes:

Tes Widal adalah pemeriksaan darah yang paling umum untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Tapi hasil tes ini kadang kurang akurat, jadi dokter biasanya juga melihat gejala klinis.

Pemeriksaan kultur darah atau feses lebih akurat tapi butuh waktu lebih lama. Tes Typhidot juga bisa jadi alternatif yang lebih cepat dan akurat.

Pemeriksaan DBD:

Tes NS1 antigen bisa mendeteksi virus dengue sejak hari pertama demam. Tes IgM dan IgG dengue bisa dilakukan setelah hari ke-5 untuk melihat respons antibodi tubuh.

Yang paling penting adalah pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah trombosit dan hematokrit. Penurunan trombosit di bawah 100.000 dan peningkatan hematokrit di atas 20% dari normal menunjukkan adanya kebocoran plasma yang khas pada DBD.

Pemeriksaan tourniquet test juga bisa dilakukan untuk melihat kecenderungan pendarahan.

Penanganan Medis dan Istirahat

Penanganan Tipes:

Tipes diobati dengan antibiotik seperti ciprofloxacin, azithromycin, atau ceftriaxone. Pemilihan antibiotik tergantung pada tingkat keparahan dan resistensi bakteri di daerah tersebut.

Penderita harus istirahat total dan makan makanan yang mudah dicerna. Hindari makanan pedas, asam, dan berserat tinggi. Perbanyak minum air putih dan elektrolit untuk mencegah dehidrasi.

Antibiotik untuk tipes harus dihabiskan sesuai resep dokter, jangan berhenti meski sudah merasa baik,” tegas dr. Sarah.

Penanganan DBD:

Sayangnya, belum ada obat khusus untuk virus dengue. Penanganan DBD lebih fokus pada supportive care untuk mencegah komplikasi.

Yang terpenting adalah menjaga kecukupan cairan tubuh. Penderita harus banyak minum, bisa air putih, jus buah, atau oralit. Kalau muntah terus atau tanda dehidrasi, harus segera diinfus.

Paracetamol bisa diberikan untuk menurunkan demam, tapi jangan berikan aspirin karena bisa meningkatkan risiko pendarahan. Kompres dengan air hangat juga bisa membantu menurunkan demam.

Monitor ketat jumlah trombosit dan tanda-tanda pendarahan. Kalau trombosit turun drastis atau ada tanda syok, harus segera dirawat di rumah sakit.

Kesimpulan

Tipes dan demam berdarah memang sama-sama berbahaya kalau tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Kunci utamanya adalah mengenali perbedaan gejala dan segera memeriksakan diri ke dokter saat demam tinggi tidak kunjung turun.

Pencegahan tetap lebih baik daripada pengobatan. Untuk tipes, jaga kebersihan makanan dan minuman serta cuci tangan dengan sabun. Untuk DBD, bersihkan genangan air dan gunakan kelambu atau lotion anti nyamuk.

Ingat, kedua penyakit ini bisa berakibat fatal kalau terlambat ditangani. Jangan pernah anggap remeh demam tinggi yang berlangsung lebih dari 3 hari.

Jangan Tunda, Lakukan Pemeriksaan Laboratorium Saat Demam Tinggi

Demam tinggi yang berlangsung lebih dari 3 hari bukan hal yang bisa diabaikan. Segera lakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab dan mendapat penanganan yang tepat.

Konsultasikan kondisi kamu dengan dokter melalui aplikasi kesehatan atau langsung datang ke fasilitas kesehatan terdekat. Semakin cepat terdeteksi, semakin baik peluang kesembuhannya.