Sebagai orang tua, kita pasti ingin memberikan perlindungan terbaik untuk si kecil. Salah satu cara paling efektif adalah melalui imunisasi dasar lengkap. Meski kadang bikin deg-degan karena takut anak rewel habis disuntik, imunisasi ini ibarat investasi kesehatan jangka panjang yang nggak boleh dilewatkan.
Di Indonesia, program imunisasi dasar sudah berjalan sejak lama dan terbukti berhasil menurunkan angka kematian anak. Bayangkan kalau dulu penyakit seperti polio masih jadi momok menakutkan, sekarang hampir tidak ada lagi berkat imunisasi. Jadi, mari kita kenali lebih dalam tentang imunisasi dasar yang wajib diberikan pada anak.
Jenis Imunisasi Dasar Wajib
Program imunisasi dasar di Indonesia mencakup beberapa vaksin yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Setiap vaksin punya target penyakit spesifik yang perlu dicegah sejak dini.
1. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diberikan untuk mencegah infeksi virus hepatitis B yang bisa menyebabkan kerusakan hati permanen. Biasanya diberikan dalam 3 dosis, mulai dari bayi baru lahir hingga usia 6 bulan.
Hepatitis B dapat menular melalui darah atau cairan tubuh, termasuk dari ibu ke bayi saat persalinan. Oleh karena itu, vaksinasi hepatitis B pertama sangat dianjurkan dalam waktu 24 jam setelah kelahiran untuk mencegah penularan dini.
2. BCG
Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin) melindungi anak dari tuberkulosis atau TBC. Di Indonesia, penyakit ini masih cukup tinggi kasusnya, jadi vaksin BCG sangat penting diberikan sebelum anak berusia 2 bulan.
Efek samping yang umum setelah vaksinasi BCG adalah bekas luka kecil di area suntikan, yang menandakan respons imun tubuh bekerja dengan baik. Meskipun tidak sepenuhnya mencegah infeksi TBC, vaksin ini mengurangi risiko komplikasi berat seperti meningitis tuberkulosis.
3. DPT
Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) adalah kombinasi tiga vaksin sekaligus. Difteri bisa menyebabkan gangguan pernapasan serius, pertusis atau batuk rejan berbahaya untuk bayi, dan tetanus bisa berakibat fatal. Makanya vaksin ini diberikan dalam beberapa dosis mulai usia 2 bulan.
Selain DPT dasar, ada juga booster (penguat) seperti vaksin DT atau Tdap yang diberikan pada usia lebih besar. Imunisasi ini sangat penting karena ketiga penyakit tersebut dapat mengancam jiwa, terutama pada anak dengan sistem imun yang masih berkembang.
4. Polio
Vaksin polio mencegah penyakit poliomielitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan permanen. Ada dua jenis vaksin polio: OPV (oral) yang diteteskan ke mulut dan IPV (injeksi) yang disuntikkan.
OPV masih digunakan di Indonesia karena lebih praktis dan membantu membentuk kekebalan komunitas. Namun, IPV juga diberikan untuk memastikan perlindungan ganda, terutama di daerah dengan risiko penularan tinggi. Pemberian vaksin ini biasanya dilakukan bersamaan dengan imunisasi DPT.
5. Campak
Vaksin campak melindungi anak dari penyakit campak yang bisa menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia dan ensefalitis. Biasanya diberikan pada usia 9 bulan dan diulang pada usia 18 bulan.
Campak sangat menular dan dapat menyebar melalui udara. Vaksinasi tidak hanya melindungi individu, tetapi juga membantu mencapai kekebalan kelompok (herd immunity). Jika cakupan imunisasi tinggi, wabah campak dapat dicegah secara efektif.
Jadwal Pemberian Imunisasi

Timing pemberian imunisasi ini nggak boleh sembarangan. Ada jadwal khusus yang sudah ditetapkan berdasarkan riset medis bertahun-tahun.
– Bayi 0-2 Bulan
- Hepatitis B (HB0): Diberikan dalam 24 jam pertama setelah lahir
- BCG: Diberikan sebelum usia 2 bulan, idealnya saat bayi berusia 2-3 minggu
- Polio 0: Diberikan saat kunjungan pertama, bersamaan dengan HB0
– Bayi 2-4 Bulan
- DPT1, HB1, Polio 1: Diberikan saat bayi berusia 2 bulan
- DPT2, HB2, Polio 2: Diberikan saat bayi berusia 3 bulan
- DPT3, HB3, Polio 3: Diberikan saat bayi berusia 4 bulan
– Bayi 9-18 Bulan
- Campak 1: Diberikan saat bayi berusia 9 bulan
- DPT4, Polio 4: Diberikan saat anak berusia 18 bulan
- Campak 2: Diberikan saat anak berusia 18 bulan
Jadwal ini sebaiknya diikuti dengan ketat. Kalau ada keterlambatan karena anak sakit atau kondisi tertentu, konsultasikan dengan dokter anak di puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penyesuaian jadwal.
Efek Samping yang Normal

Ibu/bapak pernah nggak sih, lihat anak demam sehabis imunisasi terus panik? Tenang, itu reaksi normal kok. Dulu anak saya juga begitu, tapi besoknya sudah ceria lagi!
Setelah imunisasi, wajar kalau anak mengalami beberapa reaksi. Ini justru menandakan bahwa sistem imun anak sedang bekerja membentuk antibodi.
1. Reaksi Lokal
Bekas suntikan bisa memerah, bengkak, atau terasa nyeri. Ini normal dan biasanya hilang dalam 1-2 hari. Untuk vaksin BCG, akan muncul benjolan kecil yang kemudian berubah jadi luka kecil dan akhirnya jadi bekas luka permanen. Jangan panik, ini memang proses normal vaksin BCG.
2. Reaksi Sistemik
Anak mungkin akan demam ringan (37,5-38°C), rewel, atau nafsu makan menurun. Demam ini sebenernya reaksi baik karena menunjukkan tubuh sedang membangun kekebalan. Berikan parasetamol sesuai dosis jika demam, dan pastikan anak cukup minum ASI atau air putih.
Tapi ingat, kalau demam tinggi di atas 39°C, kejang, atau anak terlihat sangat lemas, segera bawa ke fasilitas kesehatan. Meski jarang, reaksi berat bisa saja terjadi.
Manfaat Jangka Panjang Imunisasi

Imunisasi bukan cuma melindungi anak kita aja, tapi juga masyarakat luas. Konsep ini namanya herd immunity atau kekebalan kelompok.
1. Perlindungan Individual
Anak yang mendapat imunisasi lengkap punya risiko sangat kecil terkena penyakit berbahaya. Bahkan kalau sampai tertular, gejala yang muncul biasanya lebih ringan dan pemulihan lebih cepat. Berdasarkan data Kemenkes RI, 9 dari 10 anak Indonesia sudah dapat imunisasi dasar lengkap di tahun 2023. Kabar baiknya, penyakit seperti campak atau polio jadi jauh lebih jarang ditemui sekarang!
2. Manfaat Ekonomi
Dari sisi finansial, biaya imunisasi jauh lebih murah dibanding biaya pengobatan kalau anak sakit. Bayangin aja kalau anak kena pneumonia atau meningitis, biaya rawat inap di rumah sakit bisa mencapai puluhan juta rupiah.
3. Perlindungan Komunitas
Semakin banyak anak yang diimunisasi, semakin kecil peluang penyebaran penyakit menular. Ini melindungi bayi yang belum bisa diimunisasi dan orang-orang dengan sistem imun lemah.
Saran Medis
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah imunisasi agar hasilnya optimal.
1. Sebelum Imunisasi
Pastikan anak dalam kondisi sehat. Kalau lagi demam atau sakit, tunda dulu imunisasi sampai kondisinya membaik. Bawa buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau kartu imunisasi untuk memantau jadwal yang sudah dilakukan.
Jangan lupa tanyakan pada petugas kesehatan tentang vaksin yang akan diberikan. Di beberapa daerah seperti Jakarta atau Surabaya, ada puskesmas yang menyediakan layanan imunisasi dengan jam khusus, jadi lebih praktis dan nggak perlu antri terlalu lama.
2. Sesudah Imunisasi
Tunggu di tempat imunisasi selama 15-30 menit untuk memastikan nggak ada reaksi alergi berat. Berikan ASI eksklusif kalau bayi masih menyusu, atau makanan bergizi kalau sudah MPASI. Hindari memberikan obat penurun panas kecuali memang demam tinggi.
Kompres hangat di area bekas suntikan bisa membantu mengurangi nyeri. Jangan kompres dengan es karena bisa menghambat proses penyembuhan.
3. Konsultasi Dokter
Kalau ada keraguan atau pertanyaan khusus tentang imunisasi, jangan sungkan konsultasi dengan dokter anak. Setiap anak punya kondisi yang berbeda, jadi mungkin butuh penyesuaian jadwal atau jenis vaksin tertentu.
Nah, kalau anak punya riwayat alergi atau kondisi kesehatan khusus, jangan ragu konsultasi detail ke dokter. Nanti dokter akan kasih saran terbaik, misalnya penyesuaian jadwal atau jenis vaksin alternatif yang lebih aman.
Jangan lewatkan jadwal imunisasi demi perlindungan anak Anda. Imunisasi adalah hak anak dan kewajiban orang tua. Dengan memberikan imunisasi dasar lengkap, kita sudah memberikan bekal kesehatan terbaik untuk masa depan mereka. Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Jadi, catat jadwal imunisasi anak dan jangan sampai terlewat ya!
Referensi:
- Kementerian Kesehatan RI. 2023. Profil Kesehatan Indonesia 2023. Jakarta: Kemenkes RI.
- Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2023. Jadwal Imunisasi Anak 2023. Jakarta: IDAI.
- World Health Organization. 2023. Vaccination Coverage Cluster Surveys: Reference Manual. Geneva: WHO Press.
- Ranuh IG, et al. 2017. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.