Hepatitis B: Cara Penularan dan Pencegahannya

Hepatitis B Cara Penularan dan Pencegahannya

Kalau ngomongin penyakit hati, hepatitis B mungkin salah satu yang paling “ngeri” didengar. Tapi sebenernya, dengan pemahaman yang tepat, kita bisa kok melindungi diri dari virus yang satu ini.

Mari kita bahas tuntas tentang hepatitis B, mulai dari cara penularannya sampai langkah pencegahan yang bisa dilakukan.


Mengenal Hepatitis B

Hepatitis B Cara Penularan dan Pencegahannya - Gejala Hepatitis B

Ketika seseorang terinfeksi virus HBV, sel-sel hati menjadi target utama serangan virus. Akibatnya, muncullah peradangan serius pada organ hati yang vital bagi tubuh.

Di Indonesia, hepatitis B adalah salah satu jenis infeksi hati yang paling berbahaya dan membutuhkan perhatian khusus. Yang bikin tricky, virus hepatitis B ini bisa bertahan hidup di luar tubuh manusia sampai 7 hari lho! Jadi memang perlu extra hati-hati.

Kita perlu mengenali dua bentuk hepatitis B agar bisa memahami tingkat keparahannya:

Hepatitis B Akut

Bentuk akut biasanya muncul dalam 6 bulan pertama setelah terinfeksi. Gejala bisa langsung kerasa atau malah gak ada gejala sama sekali. Kebanyakan orang dewasa yang kena hepatitis B akut bisa sembuh total dan jadi kebal seumur hidup.

Hepatitis B Kronis

Nah, yang ini lebih serius. Hepatitis B kronis terjadi ketika virus tetap ada di tubuh lebih dari 6 bulan. Kalau kamu mengalami hepatitis B kronis, itu artinya virus tetap bertahan di tubuh dalam jangka panjang. Kondisi yang sangat mengkhawatirkan dan bisa menyebabkan kerusakan hati permanen jika tidak ditangani.

Menurut WHO, penyakit hepatitis B kronis menjangkiti 296 juta orang global, dengan prevalensi tinggi di Indonesia—khususnya Papua dan Maluku (10-20% populasi).

Angka penyebaran hepatitis B di Indonesia tergolong tinggi, dengan prevalensi mencapai 10-20% populasi di wilayah timur seperti Papua dan Maluku.


Cara Penularan

Hepatitis B Cara Penularan dan Pencegahannya Penyakit Hepatitis B

Banyak orang masih salah kaprah soal cara penularan hepatitis B. Virus ini gak menular lewat batuk, bersin, atau berbagi makanan. Penularan hepatitis B terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh orang yang terinfeksi.

Kontak dengan Darah dan Cairan Tubuh

Cara penularan yang paling umum adalah lewat darah. Bahkan darah yang sudah kering sekalipun masih bisa menularkan virus ini. Makanya, hindari kontak langsung dengan darah orang lain, terutama yang status hepatitis B-nya belum diketahui.

Meski konsentrasinya lebih rendah dibanding darah, kamu tetap perlu waspada. Kenapa? Karena pada dasarknya virus hepatitis B bisa ditemukan di air liur, cairan vagina, dan air mani.

Hubungan Seksual Tanpa Proteksi

Aktivitas seksual tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi hepatitis B punya risiko penularan yang cukup tinggi. Risiko ini meningkat kalau ada luka di area genital atau mulut.

Penggunaan Jarum Suntik Bersama

Berbagi jarum suntik adalah salah satu cara penularan tercepat. Bukan cuma untuk obat-obatan terlarang, tapi juga tato, tindik, atau bahkan akupunktur kalau alatnya gak steril.

Penularan dari Ibu ke Bayi

Ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B bisa menularkan virus ke bayinya saat proses persalinan. Makanya, semua ibu hamil disarankan untuk skrining hepatitis B di awal kehamilan.

Prosedur Medis yang Tidak Steril

Meski jarang terjadi di rumah sakit besar seperti RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, prosedur medis dengan alat yang gak steril masih bisa jadi jalur penularan. Termasuk di dalamnya transfusi darah, operasi, atau perawatan gigi.


Gejala Hepatitis B

Hepatitis B Cara Penularan dan Pencegahannya - Vaksin Hepatitis B

Salah satu yang bikin hepatitis B “berbahaya” adalah gejalanya yang seringkali gak kentara. Banyak orang yang terinfeksi tapi gak nyadar karena gak merasakan gejala apapun.

Fase Akut

Tanda-tanda awal hepatitis B biasanya muncul dalam waktu 1-4 bulan setelah tubuh terpapar virus. Gejala yang paling umum:

  • Demam ringan yang gak kunjung hilang
  • Mual dan muntah
  • Nafsu makan menurun drastis
  • Nyeri perut bagian kanan atas
  • Urin berwarna gelap seperti teh
  • Kulit dan mata menguning (jaundice)
  • Lemas dan mudah capek

Gejala-gejala ini mirip sama flu biasa, makanya sering diabaikan. Padahal, kalau gejala kuning mulai muncul, itu tandanya hati sudah mulai “kewalahan” melawan virus.

Fase Kronis

Hepatitis B kronis seringkali tanpa gejala sama sekali. Virus “diam-diam” merusak hati selama bertahun-tahun. Gejala baru muncul ketika kerusakan hati sudah parah.

Komplikasi Serius

Kalau gak ditangani, hepatitis B kronis bisa menyebabkan:

  • Sirosis hati (jaringan parut di hati)
  • Kanker hati (hepatocellular carcinoma)
  • Gagal hati
  • Kematian

Data menunjukkan bahwa 15-25% orang dengan hepatitis B kronis meninggal akibat komplikasi ini.

Tanda-tanda Kerusakan Hati

Beberapa tanda yang perlu diwaspadai:

  • Perut membesar karena penumpukan cairan
  • Kaki bengkak
  • Mudah berdarah atau memar
  • Linglung atau bingung
  • Muntah darah

Kalau sudah muncul gejala-gejala ini, artinya kondisi hati sudah sangat serius dan butuh penanganan medis segera.


Pencegahan dan Pengobatan

Kabar baiknya, hepatitis B bisa dicegah dengan vaksinasi. Ini adalah salah satu keberhasilan dunia medis yang patut disyukuri.

Vaksinasi Hepatitis B

Dengan efektivitas perlindungan mencapai 95%, vaksin hepatitis B adalah langkah pencegahan paling kuat melawan infeksi ini. Di Indonesia, imunisasi ini wajib untuk bayi baru lahir dalam 24 jam. Kalau kamu punya anak atau bayi baru lahir, penting banget tahu bahwa vaksin hepatitis B termasuk dalam imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan sejak dini.

Jadwal vaksinasi:

  • Bayi: diberikan segera setelah lahir (dalam 24 jam), kemudian di usia 2, 3, dan 4 bulan
  • Dewasa: 3 kali suntikan dengan jarak 0, 1, dan 6 bulan

Yang perlu vaksin hepatitis B:

  • Semua bayi dan anak-anak
  • Orang yang beresiko karena pekerjaannya: tenaga medis, PSK, dll
  • Orang dengan penyakit hati kronis
  • Penderita diabetes
  • Orang yang sering bepergian ke daerah endemis

Praktik Seks yang Aman

Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual, terutama dengan pasangan yang status hepatitis B-nya belum diketahui. Ini bukan cuma soal hepatitis B, tapi juga penyakit menular seksual lainnya.

Tidak Berbagi Jarum Suntik

Prinsipnya: satu jarum untuk satu orang. Aturan ini mencakup semua penggunaan jarum, baik untuk suntikan, tato, tindik, maupun akupunktur, yang semuanya harus menggunakan alat steril. Pastikan tempat yang dipilih menggunakan jarum steril dan sekali pakai.

Skrining Rutin untuk Kelompok Berisiko

Orang yang memiliki risiko tinggi terkena hepatitis B jangan ragu untuk rajin-rajin periksa. Hal ini sangat dianjurkan untuk melakukan skrining rutin guna mendeteksi infeksi sejak dini. Termasuk di dalamnya:

  • Tenaga kesehatan
  • Pasangan atau keluarga penderita hepatitis B
  • Orang dengan HIV
  • Pengguna narkoba suntik
  • Orang dengan partner seksual berganti-ganti

Terapi Antiviral untuk Kasus Kronis

Buat yang sudah terlanjur terinfeksi hepatitis B kronis, ada beberapa pilihan obat antiviral yang bisa memperlambat kerusakan hati:

  • Entecavir
  • Tenofovir
  • Adefovir

Pengobatan ini biasanya berlangsung seumur hidup dan perlu monitoring ketat dari dokter. Meski gak bisa menyembuhkan total, obat-obatan ini bisa mencegah komplikasi serius.

Yang penting diingat, hepatitis B bukan akhir dari segalanya. Dengan penanganan yang tepat dan gaya hidup sehat, orang dengan hepatitis B kronis bisa hidup normal dan produktif. Kuncinya adalah deteksi dini dan pengobatan yang konsisten.

Kalau kamu merasa punya risiko tertular atau mengalami gejala hepatitis B, segera hubungi pihak medis untuk melakukan konsultasi. Kesehatan hati kita sangat berharga untuk dijaga!


Referensi:

Artikel ini telah ditinjau oleh tim medis dan bukan merupakan pengganti konsultasi dengan dokter. Jika mengalami gejala yang disebutkan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.