Pernahkah kamu merasakan perut seperti terbakar setelah makan makanan pedas atau saat telat makan? Jangan anggap sepele ya, karena bisa jadi itu adalah tanda-tanda gastritis.
Sayangnya, banyak orang yang masih menganggap gastritis hanya sebagai “sakit perut biasa” padahal kondisi ini bisa berkembang jadi masalah serius kalau dibiarkan.
Gastritis sebenarnya cukup umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), sekitar 40% pasien yang datang ke klinik gastroenterologi mengalami gejala gastritis.
Angka yang cukup tinggi, bukan?
Definisi Gastritis

Gastritis Adalah Peradangan Dinding Lambung
Gastritis adalah kondisi bagian dalam lambung yang mengalami peradangan. Rasanya seperti luka terbuka yang perih setiap kali bersentuhan dengan asam lambung.
Kondisi ini bisa terjadi tiba-tiba (akut) atau berkembang perlahan dalam waktu lama (kronis). Jika terkena gastritis akut rasanya seperti ditusuk jarum tapi lebih menyakitkan. Kondisi yang sering membuat orang panik karena tak menduga datang secepat itu.
Gejalanya lebih intens dan sering dipicu konsumsi alkohol berlebihan atau obat NSAID. Berbeda dengan lambung akut adalah istilah awam untuk gastritis akut ini.
Bedanya Gastritis dengan Tukak Lambung
Nah, ini yang sering bikin bingung. Banyak orang mengira gastritis dan tukak lambung itu sama karena keduanya menyerang perut. Padahal, keduanya jelas berbeda secara medis maupun gejalanya.
Gastritis adalah kondisi saat lapisan dalam lambung meradang, kalau tukak lambung lukanya hingga mengikis atau menggerogoti bagian dalam lambung.
Ibaratnya, gastritis itu seperti kulit yang merah dan iritasi, sementara tukak lambung seperti luka yang benar-benar robek. Kalau iritasi lambung akibat gastritis dibiarkan terus-menerus tanpa penanganan, bukan tidak mungkin akan berkembang menjadi luka terbuka alias tukak lambung.
Jenis-jenis Gastritis
Gastritis Erosif
Jenis ini menyebabkan erosi atau pengikisan pada lapisan lambung. Biasanya disebabkan oleh faktor eksternal seperti obat-obatan atau alkohol.
Gastritis Non-erosif
Lebih ringan dibandingkan jenis erosif. Dinding lambung mengalami peradangan tapi tidak sampai terkikis. Dalam banyak kasus, penyebab utamanya adalah infeksi bakteri bernama Helicobacter pylori—yang diam-diam bisa tinggal di lambung selama bertahun-tahun.
Penyebab Gastritis

Infeksi Bakteri H. pylori
Ini adalah biang keladi utama gastritis, terutama yang kronis. Bakteri Helicobacter pylori ini tahan terhadap kondisi asam sehingga dia mampu bertahan dengan asam lambung. Bakteri ini menyeran dinding lambung hingga tipis. Akibatnya, muncul peradangan yang lama-lama bisa memicu gastritis kronis.
Yang menarik, bakteri ini bisa “menular” melalui air liur, makanan yang tidak higienis, atau bahkan dari penggunaan alat makan yang sama.
Di negara seperti Indonesia yang punya kebiasaan makan bersama atau berbagi alat makan, penyebarannya sangat gampang terjadi di acara kenduri atau selametan yang biasanya mengumpulkan banyak orang.
Penggunaan Obat NSAID Berlebihan
NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) seperti aspirin, ibuprofen, atau diklofenak memang ampuh untuk meredakan nyeri dan demam. Tapi kalau dipakai terus-menerus tanpa perlindungan lambung, ya jadinya malah bikin iritasi lambung.
Saya pernah punya teman yang hobi main badminton dan sering minum obat anti nyeri setelah latihan. Eh, malah kena gastritis kronis karena keseringan konsumsi obat tanpa makan dulu.
Konsumsi Alkohol Berlebihan
Kebiasaan minum alkohol berlebihan adalah pemicu gastritis akut yang sering diabaikan. Cairan ini langsung menggerogoti lapisan pelindung lambung, memicu iritasi lambung parah dalam waktu singkat.
Stres Fisik dan Emosional
Ini yang sering diabaikan. Banyak orang tak menyangka bahwa stres emosional bisa membuat tubuh memproduksi asam lambung secara berlebihan, yang justru memperparah iritasi lambung.
Di tengah kehidupan Jakarta yang serba cepat dan penuh tekanan, tidak heran kalau kasus gastritis akibat stres cukup tinggi.
Makanan Pedas dan Asam
Makanan pedas memang nikmat, apalagi kita kan terkenal dengan kuliner pedas seperti rendang, sambal, atau seblak. Tapi kalau berlebihan, makanan pedas dan asam bisa mengiritasi dinding lambung yang sudah sensitif.
Gejala Gastritis

Nyeri Ulu Hati yang Mengganggu
Gejala paling khas dari gastritis adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati. Rasanya seperti ada yang mengganjal atau terbakar di bagian atas perut. Nyeri ini biasanya memburuk saat perut kosong atau setelah makan makanan tertentu.
Mual dan Muntah
Rasa mual bisa datang kapan saja, tapi biasanya lebih parah di pagi hari atau saat perut kosong. Kalau gastritisnya parah, bisa sampai muntah. Dalam kasus tertentu, muntah yang keluar bisa tampak kehijauan. Warna itu berasal dari cairan empedu yang ikut naik ke lambung dan keluar bersama isi perut.
Perut Kembung dan Begah
Perut terasa penuh meski baru makan sedikit. Ini karena lambung yang meradang tidak bisa mencerna makanan dengan optimal. Akibatnya, makanan “numpuk” dan menimbulkan sensasi kembung.
Kehilangan Nafsu Makan
Karena makan jadi terasa tidak nyaman, penderita gastritis sering kehilangan selera makan. Kalau gejala gastritis dibiarkan dalam waktu lama, nafsu makan akan berkurang drastis. Lama-lama, tubuh pun ikut menyusut karena kurang asupan.
Tinja Hitam – Tanda Bahaya!
Ini adalah gejala serius yang tidak boleh diabaikan. Tinja berwarna hitam seperti ter bisa menandakan adanya perdarahan di lambung. Jika kamu sampai memuntahkan darah atau mendapati feses berwarna hitam seperti ter, jangan tunggu lama—itu tanda darurat yang harus segera ditangani di IGD.
Diagnosis Gastritis

Diagnosis gastritis tidak bisa hanya dari keluhan pasien. Dokter akan menganjurkan pemeriksaan khusus, terutama endoskopi. Endoskopi adalah prosedur menaruh kamera medis untuk melihat bagian dalam lambung.
Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah tes darah untuk mendeteksi infeksi H. pylori, tes napas urea, atau tes tinja. Di beberapa rumah sakit besar seperti RS Cipto Mangunkusumo, pemeriksaan ini sudah cukup canggih dan akurat.
Pengobatan dan Pencegahan
Obat Penghambat Asam Lambung
Proton Pump Inhibitor (PPI)
Obat seperti omeprazol atau lansoprazol bekerja dengan menghambat produksi asam lambung. Efektif untuk mengurangi iritasi dan memberikan waktu untuk lambung sembuh.
H2 Receptor Antagonist
Obat seperti ranitidin atau famotidin juga bisa mengurangi produksi asam, tapi tidak sekuat PPI.
Antibiotik untuk Basmi H. pylori
Kalau gastritis disebabkan oleh bakteri H. pylori, dokter biasanya akan memberikan kombinasi antibiotik. Pengobatannya memang agak ribet karena harus diminum dalam kombinasi tertentu selama 10-14 hari, tapi efektif untuk membasmi bakteri.
Perubahan Pola Makan yang Efektif
Yang paling penting adalah makan teratur dengan porsi kecil tapi sering. Hindari makanan pedas, asam, berminyak, atau yang terlalu panas. Perbanyak makanan yang mudah dicerna seperti bubur, sup, atau pisang.
Tips dari pengalaman pribadi: coba makan oatmeal atau pisang saat perut mulai terasa tidak nyaman. Keduanya bersifat basa dan bisa menetralisir asam lambung.
Menghindari Pemicu Gastritis
Selain makanan, hindari juga kebiasaan yang bisa memperparah gastritis seperti merokok, minum alkohol, atau minum kopi berlebihan. Kalau harus minum obat anti nyeri, pastikan diminum setelah makan dan jangan berlebihan.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Gastritis yang tidak diobati bisa berkembang menjadi tukak lambung, perdarahan lambung, atau bahkan kanker lambung pada kasus yang sangat jarang. Makanya jangan sepelekan gejala gastritis ya!
Yang paling sering terjadi adalah gastritis berkembang menjadi dispepsia fungsional, dimana gejala terus berlanjut meski secara medis lambung sudah sembuh.
Gastritis memang bukan penyakit yang langsung mengancam jiwa, tapi kalau dibiarkan bisa mengganggu kualitas hidup secara signifikan. Yang terpenting adalah mengenali gejalanya sejak dini dan tidak ragu untuk konsultasi ke dokter. Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati!
Referensi:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori di Indonesia (Revisi 2021) [PDF]. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
- RSUD Radjiman Wediodiningrat. (2021). Dispepsia: Diagnosis Gastritis dan Endoskopi [PDF]. RS Radjiman Wediodiningrat.
- World Gastroenterology Organisation. (2021). Helicobacter pylori: Global guideline 2021 [PDF]. World Gastroenterology Organisation
Artikel ini telah ditinjau oleh tim medis dan bukan merupakan pengganti konsultasi dengan dokter. Jika mengalami gejala yang disebutkan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.