Apa Itu Epilepsi? Penyebab dan Cara Penanganannya

Apa Itu Epilepsi Penyebab dan Cara Penanganannya

Pernahkah kamu melihat seseorang tiba-tiba kejang tanpa sebab yang jelas? Atau mungkin kamu sendiri pernah mengalami kondisi dimana tiba-tiba kesadaran hilang sejenak? Kondisi ini bisa jadi terkait dengan epilepsi – suatu gangguan neurologi yang masih sering disalahpahami masyarakat.

Buat kita yang tinggal di Indonesia, tentu saja epilespi bukan sesuatu yang asing. Bahkan, World Health Organization mencatat bahwa sekitar 50 juta orang di seluruh dunia hidup dengan kondisi ini. Di tanah air sendiri, prevalensinya cukup tinggi dan sayangnya masih banyak yang menganggapnya sebagai “penyakit kutukan” atau hal mistis lainnya.

Padahal, epilepsi adalah kondisi medis yang bisa ditangani dengan tepat. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang apa sebenarnya epilepsi itu, apa penyebabnya, dan bagaimana cara menanganinya dengan benar.


Memahami Epilepsi

Apa Itu Epilepsi Penyebab dan Cara Penanganannya - penyakit ayan

Definisi Epilepsi dan Kejang

Epilepsi sebenarnya adalah gangguan sistem saraf pusat dimana aktivitas otak menjadi tidak normal. Jika sedang kambuh, epilepsi bisa berupa kejang-kejang, hingga hilangnya kesadaran. Jadi, epilepsi bukan hanya sekedar kejang biasa yang bisa hilang sendiri.

Kejang sendiri terjadi ketika impuls listrik di otak menjadi berlebihan dan tidak terkendali. Bayangkan saja seperti korsleting listrik di rumah – tiba-tiba semua peralatan elektronik jadi tidak berfungsi normal. Begitu juga dengan otak kita.

Yang perlu dipahami, tidak semua kejang berarti epilepsi. Seseorang baru didiagnosis epilepsi jika mengalami kejang berulang tanpa penyebab yang jelas atau memiliki kecenderungan untuk mengalami kejang di masa depan.

Jenis-jenis Kejang Epilepsi

Kejang epilepsi tidak semuanya sama. Ada beberapa jenis yang perlu kita ketahui:

Kejang fokal atau parsial terjadi ketika aktivitas listrik abnormal terbatas pada satu area otak saja. Orangnya sih masih sadar, tapi tiba-tiba tubuhnya bisa bergerak sendiri—kayak tangan atau kaki nggak bisa dikendalikan. Kadang juga ngerasa aneh, misalnya mencium bau yang nggak ada atau ngerasain rasa aneh di mulut.

Kejang umum melibatkan seluruh otak dan biasanya menyebabkan hilangnya kesadaran. Jenis ini yang paling sering kita lihat – dimana penderita terjatuh, tubuh kaku, lalu bergetar tidak terkendali.

Mitos dan Stigma Seputar Epilepsi

Sayangnya, banyak mitos yang masih berkembang di masyarakat tentang epilepsi. Ada yang bilang ini penyakit menular, ada yang menganggapnya sebagai gangguan jiwa, bahkan ada yang percaya ini hasil santet atau kutukan.

Faktanya, epilepsi bukan penyakit menular dan tidak ada hubungannya dengan gangguan jiwa. Orang dengan epilepsi tetap bisa kok menjalani hidup kayak biasa. Yang mereka butuhkan hanya pengobatan yang tepat dan dukungan dari lingkungan.

Tak sedikit masyarakat di berbagai pelosok negeri yang masih menyebut epilepsi sebagai “penyakit ayan”—sebuah istilah lama yang seringkali dibalut dengan stigma dan pandangan miring.

Padahal, istilah medis yang benar ya epilepsi. Stigma seperti ini yang membuat banyak penderita enggan berobat atau menyembunyikan kondisinya.


Penyebab Epilepsi

Apa Itu Epilepsi Penyebab dan Cara Penanganannya - epilepsi pada anak

Epilepsi Idiopatik (Tanpa Penyebab Jelas)

Sekitar 60% kasus epilepsi termasuk dalam kategori idiopatik, artinya penyebab pastinya tidak diketahui. Kondisi ini biasanya dimulai sejak anak-anak atau remaja dan diduga kuat terkait faktor genetik.

Epilepsi idiopatik sering kali memiliki pola tertentu. Kadang, kejang hanya muncul di waktu-waktu tertentu—seperti ketika seseorang sedang tidur lelap atau sesaat setelah membuka mata di pagi hari. Ada juga yang dipicu oleh hal-hal spesifik seperti cahaya berkedip atau kurang tidur.

Meski penyebabnya tidak jelas, epilepsi jenis ini umumnya merespon baik terhadap obat anti-epilepsi. Bahkan, beberapa anak bisa “sembuh” sendiri setelah melewati masa pubertas.

Trauma Kepala

Cedera kepala yang parah bisa meninggalkan “bekas luka” di jaringan otak yang kemudian memicu kejang. Bayangkan jika seseorang yang Anda kenal tiba-tiba mengalami kejang akibat benturan keras—mungkin karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tangga. Hal-hal seperti ini bisa terjadi tanpa diduga.

Yang menarik, kejang akibat trauma kepala tidak selalu muncul langsung setelah cedera. Bisa saja baru timbul berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun kemudian. Makanya, orang yang pernah mengalami cedera kepala serius perlu dipantau dalam jangka panjang.

Stroke dan Tumor Otak

Stroke, terutama yang terjadi pada usia muda, bisa menyebabkan epilepsi. Pada sebagian pasien, kejang berawal dari area otak yang mengalami kerusakan akibat pendarahan atau kekurangan oksigen.

Tumor otak, baik yang jinak maupun ganas, juga bisa menyebabkan epilepsi. Tumor menekan jaringan otak normal dan mengganggu aliran listrik normal di otak. Dalam beberapa kasus, kejang menjadi petunjuk awal yang akhirnya membawa pasien menjalani pemeriksaan dan diketahui memiliki tumor otak.

Kelainan Genetik

Beberapa jenis epilepsi memang diturunkan dalam keluarga. Kalau orangtua atau saudara kandung punya riwayat epilepsi, risiko kita untuk mengalami hal yang sama memang lebih tinggi.

Epilepsi pada anak sering kali terkait faktor genetik. Ada beberapa sindrom epilepsi yang khas pada anak-anak, seperti sindrom Dravet atau sindrom Lennox-Gastaut. Kamu mungkin sudah mengalami kondisi ini sejak masih bayi atau balita, bahkan sebelum bisa mengungkapkan apa yang dirasakan.

Infeksi Otak

Pada sebagian orang, infeksi seperti meningitis, ensefalitis, atau parasit dapat merusak jaringan otak dan menjadi penyebab munculnya epilepsi. Di Indonesia, infeksi parasit seperti sistiserkosis (akibat cacing pita) masih cukup sering ditemukan sebagai penyebab epilepsi.

Infeksi virus seperti herpes simpleks juga bisa menyerang otak dan meninggalkan kerusakan permanen. Makanya, infeksi otak perlu ditangani dengan cepat dan tuntas untuk mencegah komplikasi jangka panjang.


Gejala dan Jenis Kejang

Apa Itu Epilepsi Penyebab dan Cara Penanganannya - obat epilepsi

Kejang Parsial (Fokal)

Kejang parsial atau fokal cukup unik karena gejalanya bisa sangat bervariasi tergantung area otak mana yang terkena. Kalau area motorik yang terganggu, mungkin cuma satu tangan atau kaki yang bergerak tidak terkendali.

Pada kejang parsial kompleks, beberapa orang mengalami penurunan tingkat kesadaran. Penderitanya mungkin terlihat bengong, melakukan gerakan repetitif seperti mengunyah atau memainkan baju, tapi tidak merespon ketika dipanggil.

Kejang parsial sederhana biasanya tidak mengganggu kesadaran. Penderitanya masih bisa berkomunikasi dan mengingat apa yang terjadi selama kejang berlangsung.

Kejang Umum (Tonik-Klonik)

Ini adalah jenis kejang yang paling “dramatis” dan sering kita lihat. Dimulai dengan fase tonik dimana seluruh tubuh menjadi kaku, lalu diikuti fase klonik dengan gerakan bergetar di seluruh tubuh.

Penderita biasanya kehilangan kesadaran dan bisa jatuh tiba-tiba. Lidah kadang tergigit, keluar busa dari mulut, dan bisa mengompol. Durasi kejang ini umumnya 1–3 menit, namun bagi yang melihat, terasa jauh lebih lama.

Setelah kejang berhenti, penderita masuk dalam fase postictal dimana kesadaran berangsur pulih. Mereka mungkin terlihat bingung, lemas, dan mengantuk. Fase ini bisa berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam.

Absence Seizure

Jenis kejang ini sering tidak disadari karena gejalanya sangat halus. Penderita tiba-tiba “bengong” selama beberapa detik, tatapan kosong, lalu kembali normal seperti tidak terjadi apa-apa.

Absence seizure sering terjadi pada anak-anak dan bisa berlangsung berkali-kali dalam sehari. Guru di sekolah mungkin menganggap anak ini tidak memperhatikan atau melamun, padahal sebenarnya sedang mengalami kejang.

Aura Sebelum Kejang

Banyak penderita epilepsi merasakan “tanda-tanda” sebelum kejang terjadi. Ini disebut aura – bisa berupa sensasi aneh di perut, bau atau rasa yang tidak biasa, perasaan déjà vu, atau sekadar firasat bahwa kejang akan segera terjadi.

Aura sebenarnya adalah bagian dari kejang itu sendiri, cuma belum melibatkan area otak yang luas. Keuntungannya, penderita bisa mempersiapkan diri atau mencari tempat yang aman sebelum kejang terjadi.

Status Epileptikus

Jika kejang terjadi lebih dari 5 menit atau terus berulang tanpa pemulihan kesadaran, kondisi ini dianggap sebagai keadaan darurat medis. Status epileptikus bisa mengancam nyawa karena otak kekurangan oksigen.

Segera bawa ke IGD terdekat jika melihat seseorang mengalami kejang yang tak kunjung berhenti. Jangan tunggu sampai kejangnya berhenti sendiri karena semakin lama dibiarkan, semakin berbahaya.


Diagnosis dan Pengobatan

Apa Itu Epilepsi Penyebab dan Cara Penanganannya - penyebab epilepsi

EEG dan Pemeriksaan Neurologi

Elektroensefalografi (EEG) adalah pemeriksaan utama untuk mendiagnosis epilepsi. Aktivitas listrik otak direkam oleh alat ini lewat elektroda yang diletakkan di permukaan kepala. Pola gelombang otak yang abnormal dapat dilihat dokter dan bisa menjadi indikasi epilepsi.

Tapi EEG normal tidak berarti seseorang tidak punya epilepsi. Untuk mendeteksi aktivitas otak yang hanya muncul sesekali, dokter kadang menyarankan EEG berulang atau pemantauan 24 jam.

Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan adalah MRI otak untuk melihat struktur otak dan mencari kemungkinan penyebab epilepsi seperti tumor atau kelainan pembuluh darah.

Obat Anti-Epilepsi (AED)

Obat epilepsi atau AED (Anti-Epileptic Drugs) adalah pilihan pengobatan utama. Obat untuk epilepsi sangat beragam, dari yang telah lama digunakan seperti phenytoin dan carbamazepine, sampai obat generasi baru seperti levetiracetam dan lamotrigine.

Jenis epilepsi, usia, dan riwayat kesehatan penderita menjadi faktor penentu dalam pemilihan obat. Dokter biasanya meresepkan satu obat terlebih dahulu (monoterapi) dengan dosis kecil, kemudian dosis ditingkatkan secara perlahan sampai kejang dapat teratasi.

Yang penting, obat epilepsi harus diminum rutin sesuai jadwal. Jangan pernah menghentikan obat secara tiba-tiba karena bisa memicu kejang yang lebih berat. Kalau mau ganti atau stop obat, harus dikonsultasikan dulu dengan dokter.

Terapi Bedah untuk Kasus Refrakter

Hampir sepertiga penderita epilepsi tidak merespons dengan baik terhadap terapi obat. Kondisi ini disebut epilepsi refrakter atau epilepsi yang kebal obat. Untuk kasus seperti ini, operasi bisa jadi pilihan.

Tujuan utama operasi epilepsi adalah menghilangkan area otak tempat kejang berasal. Tapi tidak semua kasus bisa dioperasi. Harus dipastikan dulu bahwa area yang akan diangkat tidak mengendalikan fungsi penting seperti bicara atau gerakan.

Di Indonesia, beberapa rumah sakit besar di Jakarta dan Surabaya sudah bisa melakukan operasi epilepsi. Tapi prosedurnya memang kompleks dan memerlukan tim medis yang berpengalaman.

Manajemen Gaya Hidup

Tidak hanya dengan obat, epilepsi juga perlu dikendalikan melalui perubahan gaya hidup. Kurang tidur, stress, dan konsumsi alkohol bisa memicu kejang. Makanya, penderita epilepsi perlu menjaga pola tidur yang teratur dan mengelola stress dengan baik.

Olahraga tetap dianjurkan bagi orang dengan epilepsi, selama aktivitas yang dipilih tidak berisiko. Renang boleh, tapi harus ada pengawasan.

Diet khusus seperti diet ketogenik kadang digunakan, terutama untuk anak-anak dengan epilepsi yang sulit dikontrol obat. Diet ini tinggi lemak dan rendah karbohidrat, tapi harus dilakukan di bawah pengawasan ahli gizi.

Pertolongan Pertama Saat Kejang

Kalau melihat seseorang kejang, jangan panik. Yang paling penting adalah menjaga keamanan penderita. Pindahkan benda-benda berbahaya di sekitarnya dan letakkan sesuatu yang lunak di bawah kepalanya.

Jangan pernah memasukkan benda apapun ke mulut penderita. Apalagi banyak yang percaya mitos kalau lidah si penderita bisa tertelan jika sedang kejang-kejang. Justru memasukkan benda ke mulut bisa melukai penderita atau malah tercekik.

Catat berapa lama kejang berlangsung. Kalau lebih dari 5 menit atau ini adalah kejang pertama yang dialami orang tersebut, segera panggil ambulans atau bawa ke rumah sakit. Setelah kejang berhenti, posisikan penderita miring untuk mencegah tersedak dan tunggu sampai kesadarannya pulih sepenuhnya.


Epilepsi memang bukan kondisi yang mudah, tapi dengan pengobatan yang tepat dan dukungan keluarga, penderita bisa hidup normal dan produktif. Yang terpenting adalah menghilangkan stigma dan memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat tentang kondisi ini.

Segera periksakan ke dokter saraf bila muncul gejala yang mencurigakan seperti epilepsi. Semakin cepat ditangani, semakin baik hasilnya. Ingat, epilepsi bukan aib atau kutukan – ini adalah kondisi medis yang bisa ditangani dengan baik.


Referensi:

  • Introduction to the Epilepsy Syndrome Papers, Epilepsia (2022)
  • World Health Organization. (2023). Epilepsy