Ketika mendengar kata “penyakit jantung”, banyak orang langsung berpikir soal serangan jantung. Padahal, ada kondisi lain yang sama bahayanya tapi sering tertukar, yaitu gagal jantung. Keduanya memang sama-sama menyerang organ vital kita, tapi cara kerja dan dampaknya beda banget.
Saya sering ketemu pasien yang datang ke UGD dengan keluhan dada sesak, terus bilang “Dok, ini serangan jantung ya?” Ternyata setelah diperiksa, kondisinya adalah gagal jantung. Atau sebaliknya. Memang wajar sih kalau bingung, karena gejalanya kadang mirip-mirip.
Yang penting kita pahami, kedua kondisi ini butuh penanganan berbeda. Kalau salah identifikasi, bisa fatal akibatnya. Makanya, yuk kita bahas tuntas perbedaan keduanya supaya nggak salah kaprah lagi.
Definisi Serangan Jantung

Serangan jantung atau yang dalam bahasa medis disebut infark miokard akut terjadi ketika aliran darah ke otot jantung tiba-tiba tersumbat. Bayangin aja seperti selang air yang tiba-tiba kejepit – air nggak bisa mengalir, kan?
Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh penumpukan plak kolesterol di pembuluh darah koroner. Ketika plak ini pecah, terbentuk bekuan darah yang langsung menutup jalur aliran darah. Otot jantung yang seharusnya mendapat oksigen jadi “kelaparan” dan mulai mati dalam hitungan menit.
Kondisi ini bersifat akut dan mendadak. Bisa terjadi pada orang yang sebelumnya merasa sehat-sehat aja. Makanya sering disebut “silent killer” karena datangnya tou-tiba tanpa peringatan yang jelas.
Definisi Gagal Jantung
Gagal jantung adalah kondisi kronis dimana jantung nggak mampu memompa darah dengan efektif untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Bukan berarti jantungnya berhenti total ya, tapi kemampuan pompanya menurun drastis.
Bayangin jantung seperti mesin pompa air sumur yang sudah tua. Masih bisa jalan, tapi tenaganya udah nggak sekuat dulu. Air yang dipompa jadi sedikit dan tekanannya lemah. Begitu juga dengan jantung yang gagal – darah tetap dipompa, tapi volumenya kurang dan sirkulasinya terganggu.
Kondisi ini berkembang secara bertahap, bisa dalam hitungan bulan atau bahkan tahun. Tubuh awalnya masih bisa kompensasi, tapi lama-lama nggak kuat juga. Akhirnya muncul gejala-gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala yang Membedakan
1. Gejala Serangan Jantung
Nyeri dada yang mendadak dan hebat adalah ciri khas serangan jantung. Rasanya seperti ditekan benda berat atau ditusuk-tusuk. Nyerinya bisa menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, atau punggung.
Gejala lain yang menyertai biasanya keringat dingin, mual muntah, dan sesak napas yang tiba-tiba. Beberapa pasien juga merasakan pusing hebat sampai hampir pingsan. Yang unik, pada wanita gejalanya kadang nggak tipikal – bisa berupa nyeri ulu hati yang mirip maag.
2. Gejala Gagal Jantung

Sesak napas adalah keluhan utama gagal jantung, terutama saat beraktivitas atau tidur telentang. Pasien sering harus tidur dengan bantal tinggi atau bahkan duduk karena kalau tiduran sesak banget.
Pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki juga karakteristik gagal jantung. Ini terjadi karena cairan menumpuk di jaringan tubuh. Selain itu, pasien mudah capek meski aktivitasnya ringan, nafsu makan menurun, dan berat badan naik karena penumpukan cairan.
Ada yang bilang “kalau bangun tidur kaki bengkak, berarti jantung bermasalah”. Nah, ini bener untuk kasus gagal jantung. Tapi kalau serangan jantung, bengkak kaki bukan gejala utamanya.
Penyebab Umum Masing-Masing
1. Penyebab Serangan Jantung
Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah adalah biang kerok utama serangan jantung. Proses ini dimulai dari penumpukan kolesterol jahat (LDL) di dinding arteri koroner. Lama-lama jadi plak yang makin tebal.
Faktor risiko yang bikin plak ini mudah pecah antara lain merokok, diabetes, hipertensi, dan stres. Aktivitas fisik berat mendadak pada orang yang jarang olahraga juga bisa jadi trigger. Makanya atlet dadakan pas weekend sering kena serangan jantung.
2. Penyebab Gagal Jantung
Penyakit jantung koroner yang nggak ditangani dengan baik adalah penyebab tersering gagal jantung. Serangan jantung yang pernah dialami juga bisa merusak otot jantung dan akhirnya berkembang jadi gagal jantung.
Hipertensi yang nggak terkontrol dalam jangka panjang bikin jantung kerja keras terus-menerus. Lama-lama otot jantung “capek” dan mulai melemah. Penyakit katup jantung, kardiomiopati, dan gangguan irama jantung juga bisa jadi penyebab.
Pengobatan dan Penanganan
1. Penanganan Serangan Jantung

Serangan jantung adalah kondisi darurat yang butuh penanganan super cepat. Golden time-nya cuma 90 menit dari onset gejala. Makin cepat ditangani, makin banyak otot jantung yang bisa diselamatkan.
Pengobatan utamanya adalah membuka kembali penyumbatan pembuluh darah. Bisa dengan obat pengencer darah atau tindakan kateterisasi jantung. Di RSUP Dr. Kariadi Semarang misalnya, mereka punya tim jaga 24 jam khusus untuk kasus serangan jantung akut.
Setelah fase akut lewat, pasien perlu kontrol rutin dan minum obat seumur hidup. Obat-obatan seperti aspirin, beta blocker, dan statin wajib dikonsumsi untuk mencegah serangan ulang.
2. Penanganan Gagal Jantung
Pengobatan gagal jantung fokus pada mengurangi beban kerja jantung dan mengendalikan cairan tubuh. Obat diuretik diberikan untuk mengeluarkan kelebihan cairan lewat urin.
ACE inhibitor atau ARB membantu melebarkan pembuluh darah supaya jantung nggak terlalu berat pompanya. Beta blocker juga diberikan untuk memperlambat denyut jantung dan mengurangi konsumsi oksigen.
Pada kasus berat, mungkin perlu alat bantu seperti pacemaker atau bahkan transplantasi jantung. Tapi kebanyakan pasien bisa hidup normal dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup.
Pencegahan untuk Keduanya

Kabar baiknya, kedua kondisi ini sebagian besar bisa dicegah dengan gaya hidup sehat. Prinsipnya sama: jaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Berhenti merokok adalah langkah paling penting. Rokok merusak dinding pembuluh darah dan bikin darah mudah menggumpal. Nggak ada istilah “rokok aman” buat jantung.
Olahraga teratur minimal 30 menit sehari, 5 hari seminggu. Nggak perlu yang berat-berat, jalan kaki aja udah cukup. Yang penting konsisten dan jangan dadakan.
Diet rendah garam dan lemak jenuh wajib diterapkan. Perbanyak makan sayur, buah, ikan, dan biji-bijian. Kurangi makanan olahan dan fast food. Buat yang suka makan gudeg di Yogya, sesekali boleh lah, tapi jangan tiap hari!
Kelola stres dengan baik. Stres kronis bikin tekanan darah naik dan jantung kerja ekstra keras. Cari aktivitas yang bikin rileks seperti meditasi, yoga, atau hobi yang disukai.
Saran Medis
Jangan pernah anggap remeh gejala yang berkaitan dengan jantung. Kalau ngerasa nyeri dada yang nggak biasa, sesak napas mendadak, atau gejala lain yang mencurigakan, langsung ke dokter atau UGD.
Untuk yang punya riwayat keluarga sakit jantung, diabetes, atau hipertensi, sebaiknya rutin check up minimal setahun sekali. Tes yang dianjurkan meliputi EKG, echo jantung, dan profil lipid.
Jangan percaya mitos yang beredar di masyarakat. Misalnya, “kalau muda nggak mungkin kena serangan jantung” atau “gagal jantung pasti berakhir dengan kematian”. Kedua anggapan ini salah besar.
Penting juga untuk selalu siap sedia obat-obatan darurat kalau memang ada riwayat penyakit jantung. Aspirin untuk serangan jantung dan diuretik untuk gagal jantung akut bisa jadi penyelamat nyawa.
Segera cek ke dokter jika Anda mengalami gejala jantung.
Jangan tunda-tunda kalau merasakan gejala yang mencurigakan. Nyeri dada, sesak napas, atau pembengkakan kaki bisa jadi tanda awal masalah serius. Konsultasikan dengan dokter spesialis jantung untuk pemeriksaan lebih lanjut. Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Kesehatan jantung Anda adalah investasi terbaik untuk masa depan yang lebih berkualitas.