Andropause: Menopause pada Pria yang Sering Terabaikan

Andropause Menopause pada Pria yang Sering Terabaikan

Cerita menopause pada pria: Pak Rudi, 52 tahun, mulai merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Dulu dia bisa begadang sampai larut malam untuk deadline kantor, sekarang jam 9 malam saja sudah ngantuk berat. Libido menurun drastis, bahkan istri sudah mulai bertanya-tanya. “Mungkin cuma stress kerja,” pikirnya. Bisa jadi sebenarnya yang dialami Pak Rudi adalah gejala andropause, bukan sekadar stres kerja.

Ternyata, pria juga bisa mengalami semacam “menopause” lho. Bedanya, kondisi ini jarang dibahas terbuka seperti menopause pada wanita. Akibatnya, banyak pria yang mengalami gejala-gejala aneh tapi tidak tahu harus berbuat apa.


Apa Itu Andropause?

Andropause: Menopause pada Pria yang Sering Terabaikan - menopause pada pria

Istilah kerennya menopause laki-laki, tapi dalam dunia medis disebut andropause. Fenomena ini mencerminkan penurunan kadar testosteron pria secara perlahan yang dipicu oleh proses penuaan alami. Dalam dunia medis dikenal sebagai Testosterone Deficiency Syndrome (TDS) atau Late-Onset Hypogonadism.

Beda dengan menopause pada wanita yang terjadi secara tiba-tiba, andropause berlangsung lebih gradual. Kalau menopause wanita seperti rem mendadak, andropause lebih mirip mobil yang perlahan kehabisan bensin.

Faktanya, menopause pada pria ini tidak datang tiba-tiba. Sejak usia 30-an, kadar testosteron sudah menyusut sekitar 1-2% per tahun. Namun, ciri menopause pada pria yang mengganggu—seperti lemas atau libido hilang—umumnya baru terasa setelah usia 40 tahun.

Tidak semua pria mengalami andropause dengan intensitas yang sama – ada yang ringan, ada yang berat.


Gejala-Gejala Andropause yang Perlu Diwaspadai

Andropause: Menopause pada Pria yang Sering Terabaikan - Gejala Andropause

Penurunan Libido dan Disfungsi Ereksi

Ini yang paling sering bikin pria panik. Keinginan untuk berhubungan intim bisa menurun tajam, bahkan terhadap hal-hal yang dulunya sangat menggairahkan. Disfungsi ereksi juga mulai muncul – tidak selalu total, tapi kualitas ereksi memang berkurang.

“Banyak pasien yang datang ke saya dengan keluhan ini tapi malu untuk membahasnya secara terbuka,” ujar dr. Ahmad Syafiq, SpU, spesialis urologi di RS Siloam Karawaci. Padahal, ini adalah tanda yang cukup penting untuk diperhatikan.

Kelelahan Kronis dan Mudah Lelah

Dulu bisa lembur sampai tengah malam, sekarang jam 8 malam sudah ngantuk berat. Energi seperti habis lebih cepat dari biasanya. Bahkan untuk aktivitas ringan seperti naik tangga, napas sudah ngos-ngosan.

Ini bukan cuma soal usia lho. Penurunan testosteron memang bisa bikin metabolisme melambat dan stamina menurun.

Perubahan Mood dan Depresi

Mood jadi lebih mudah berubah. Sering merasa sedih tanpa alasan jelas, mudah marah, atau kehilangan motivasi. Beberapa pria bahkan mengalami depresi ringan hingga sedang.

Yang sering terjadi adalah perasaan tidak berguna atau kehilangan kepercayaan diri. Terutama kalau masalah ini mulai mempengaruhi performa kerja atau hubungan dengan pasangan.

Kehilangan Massa Otot

Otot yang dulu kencang mulai kendur. Perut buncit meski pola makan sama. Lemak mulai menumpuk di area perut dan pinggang, sementara massa otot di lengan dan kaki berkurang.

Ini yang bikin banyak pria merasa tidak pede dengan penampilan fisiknya. Baju yang dulu pas, sekarang jadi sempit di bagian perut.


Penyebab Andropause yang Perlu Dipahami

Andropause: Menopause pada Pria yang Sering Terabaikan - menopause pada laki laki

Penurunan Testosteron Alami

Proses penuaan memang tidak bisa dihindari. Seiring pertambahan usia, produksi hormon testosteron oleh testis akan menurun secara bertahap. Ini proses alami yang dialami hampir semua pria.

Namun, pada beberapa pria, penurunan ini bisa cukup besar hingga mempengaruhi kegiatan harian. Sebagian pria hanya mengalami penurunan ringan yang nyaris tak berdampak pada keseharian mereka.

Faktor Gaya Hidup

Gaya hidup modern yang serba cepat dan stres tinggi memperburuk kondisi ini. Kurang tidur, makan tidak teratur, dan jarang olahraga bisa mempercepat penurunan testosteron.

Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan juga ikut andil. Belum lagi polusi udara Jakarta yang semakin parah – ini juga bisa mempengaruhi keseimbangan hormon.

Kondisi Medis Tertentu

Diabetes, obesitas, dan penyakit jantung bisa memperburuk gejala andropause. Beberapa jenis obat, seperti antidepresan atau pengontrol tekanan darah, diketahui dapat menekan kadar testosteron dalam tubuh.

Stres Kronis

Tekanan hidup yang tinggi memicu pelepasan hormon kortisol berlebihan. Kortisol yang tinggi bisa menekan produksi testosteron. Jadi, stres berkepanjangan bisa memperparah andropause.


Penanganan dan Terapi Andropause

Andropause Menopause pada Pria yang Sering Terabaikan Ciri Andropause

Terapi Penggantian Testosteron (TRT)

Ini adalah pilihan utama untuk kasus andropause yang parah. Testosteron bisa diberikan dalam bentuk gel, injeksi, atau tablet. Tapi tidak semua pria cocok dengan terapi ini.

“Terapi testosteron harus dilakukan dengan pengawasan ketat karena ada risiko efek samping,” jelas dr. Ahmad. Efek samping yang perlu diwaspadai antara lain masalah pada jantung serta potensi meningkatnya risiko kanker prostat.

Perubahan Gaya Hidup

Ini yang paling penting dan bisa dilakukan sendiri. Pastikan tubuh mendapatkan tidur berkualitas 7–8 jam, konsumsi makanan dengan gizi lengkap, dan hindari stres berlebihan.

Hindari begadang terlalu sering. Kalau memang harus lembur, usahakan tetap tidur di jam yang sama setiap malam. Tubuh butuh rutinitas untuk memproduksi hormon dengan optimal.

Olahraga dan Diet Seimbang

Nah, buat yang mau lawan gejala andropause, olahraga angkat beban—meski pakai barbel seadanya di rumah—terbukti bisa pacu produksi testosteron. Tidak perlu langsung berat, yang penting konsisten! Tidak perlu yang berat-berat, cukup 3-4 kali seminggu dengan intensitas sedang.

Diet tinggi protein dan lemak sehat juga membantu. Ikan salmon, alpukat, kacang-kacangan, dan daging tanpa lemak bisa jadi pilihan. Hindari makanan olahan dan gula berlebihan.

Konseling Psikologis

Jangan remehkan aspek psikologis. Andropause bisa memicu masalah dalam hubungan suami istri. Berkonsultasi dengan konselor dapat mempermudah Anda untuk membicarakan hal ini bersama pasangan.

Terapi kognitif juga bisa membantu mengatasi depresi atau kecemasan yang muncul akibat andropause. Kadang, bicara dengan profesional bisa memberikan perspektif baru.

Monitoring Kesehatan Rutin

Pemeriksaan rutin kadar testosteron, gula darah, dan tekanan darah penting dilakukan. Minimal 6 bulan sekali untuk memantau perkembangan kondisi.

Jangan tunggu sampai gejala parah baru periksa. Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan.


Tips Praktis:

  • Konsultasi dengan dokter spesialis urologi kalau gejala sudah mengganggu
  • Jangan malu membahas masalah ini dengan pasangan
  • Pertahankan berat badan ideal
  • Batasi konsumsi alkohol dan berhenti merokok
  • Atasi stres dengan melakukan aktivitas yang menenangkan atau menjalani hobi yang Anda nikmati.

Walaupun andropause tidak sepenuhnya bisa dihindari, gejalanya tetap dapat dikendalikan lewat pola hidup sehat dan penanganan yang sesuai. Yang terpenting, jangan anggap ini sebagai hal yang memalukan atau tabu untuk dibicarakan. Semakin cepat ditangani, semakin baik hasilnya.

Jangan anggap menopause pria sebagai hal tabu. Semakin cepat dikenali, semakin mudah dikelola!


Referensi: