7 Gejala Jantung Koroner yang Sering Diabaikan

7 Gejala Jantung Koroner yang Sering Diabaikan

Tahukah kamu bahwa setiap 36 detik, satu orang meninggal karena penyakit jantung koroner di dunia? Di Indonesia sendiri, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat bahwa 1,5% penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Angka yang cukup mengkhawatirkan, bukan?

Yang lebih memprihatinkan lagi, banyak dari kita yang mengabaikan tanda-tanda awal jantung koroner pada orang dewasa. Faktanya, mengenali masalah sejak awal dapat mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah.

Saya pernah bertemu dengan seorang pasien berusia 45 tahun yang datang ke RS Siloam Dhirga Surya dengan keluhan “cuma kecapekan aja kok, dok”. Ternyata setelah pemeriksaan lebih lanjut, dia mengalami penyumbatan arteri koroner hingga 70%.


Apa Sih Jantung Koroner Itu?

Apa Sih Jantung Koroner Itu

Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah yang memasok darah ke otot jantung (arteri koroner) mengalami penyempitan atau penyumbatan. Coba bayangkan selang air yang tersumbat—airnya tidak bisa mengalir lancar, bukan? Hal serupa terjadi pada darah yang menuju jantung.

Proses ini biasanya dimulai dari penumpukan plak (aterosklerosis) di dinding arteri. Plak ini terdiri dari kolesterol, lemak, kalsium, dan zat-zat lain yang mengeras seiring waktu. Lama-kelamaan, plak bisa pecah dan menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang benar-benar menyumbat aliran darah.

Nah, penting banget nih untuk membedakan antara penyakit jantung koroner dengan serangan jantung. Berbeda dengan penyakit jantung koroner yang berkembang secara bertahap, serangan jantung merupakan kondisi akut yang terjadi saat aliran darah ke jantung terhenti secara mendadak.


7 Gejala yang Sering Diabaikan

7 Gejala yang Sering Diabaikan

Nyeri Dada Ringan atau Tidak Khas

Kebanyakan orang mengira nyeri jantung koroner itu pasti seperti dalam film—dramatis, seperti ditusuk atau diremas kuat. Padahal kenyataannya? Bisa jadi cuma rasa tidak nyaman ringan di dada, seperti ada yang menekan atau sensasi terbakar.

Nyeri ini kadang muncul saat beraktivitas fisik dan hilang ketika istirahat. “Ah, mungkin cuma kecapekan,” pikir banyak orang. Padahal ini bisa jadi tanda awal yang penting banget.

Yang unik, pada wanita, nyeri dada koroner sering kali terasa berbeda. Bisa berupa rasa sesak, seperti diikat, atau bahkan seperti nyeri otot biasa. Makanya banyak yang ngira itu cuma pegal-pegal biasa.

Sesak Napas Saat Beraktivitas Ringan

Dulu bisa naik tangga tiga lantai tanpa ngos-ngosan, sekarang cuma naik satu lantai sudah terengah-engah? Jangan langsung disalahkan karena kurang olahraga.

Sesak napas yang terjadi saat aktivitas ringan bisa jadi pertanda jantung tidak mendapat pasokan darah yang cukup. Ketika jantung kekurangan oksigen, performanya menurun dan tubuh jadi lebih mudah kelelahan.

Bedakan dengan sesak napas karena asma atau penyakit paru-paru lainnya. Sesak napas akibat jantung koroner biasanya membaik ketika istirahat dan memburuk saat beraktivitas.

Kelelahan Berlebihan Tanpa Sebab Jelas

“Kok akhir-akhir ini gampang banget capeknya ya?” Kalau kamu sering merasa seperti ini meski aktivitas tidak lebih berat dari biasanya, patut dicurigai.

Kelelahan ekstrem yang tidak wajar bisa jadi tanda jantung bekerja lebih keras dari biasanya untuk memompa darah. Bayangkan mesin mobil yang sudah mulai rusak—pasti lebih boros bensin dan performanya menurun, kan?

Kelelahan ini berbeda dengan capek biasa setelah olahraga atau bekerja keras. Ini adalah rasa lelah yang mendalam, seperti tenaga terkuras habis meski baru bangun tidur.

Nyeri pada Lengan, Leher, atau Rahang

Ini yang sering banget diabaikan! Nyeri jantung koroner tidak selalu muncul di dada. Rasa nyerinya bisa menjalar ke lengan kiri (kadang juga kanan), leher, rahang, atau bahkan punggung.

Ada seorang teman yang pernah cerita—awalnya dia kira cuma sakit gigi parah dan berniat periksa ke dokter gigi. Eh, ternyata setelah pemeriksaan ECG, dokter menemukan ada gangguan pada jantungnya.

Istilah medisnya adalah “referred pain”—nyeri yang muncul di tempat lain meski asalnya dari jantung. Sistem saraf kita memang kadang “menyesatkan” seperti ini.

Mual dan Muntah Tanpa Sebab Gastrointestinal

Mual dan muntah tanpa alasan yang jelas? Jangan langsung curiga makanan basi atau masuk angin. Pada sebagian orang—terutama wanita—gejala jantung koroner bisa tampak seperti gangguan pencernaan.

Gejalanya mirip banget sama maag—perut terasa tidak nyaman, mual, kadang sampai muntah. Bedanya, kalau yang ini biasanya disertai gejala lain seperti kelelahan atau sesak napas ringan.

Yang bikin tricky, gejala ini sering diabaikan karena dianggap “cuma masalah perut”. Padahal jantung dan lambung punya koneksi saraf yang kompleks, jadi gangguan di jantung bisa mempengaruhi pencernaan.

Berkeringat Dingin

Keringat dingin yang tiba-tiba muncul tanpa sebab yang jelas bisa jadi warning sign. Bukan keringat karena panas atau olahraga, tapi keringat yang muncul tiba-tiba disertai rasa tidak enak badan.

Tubuh memproduksi keringat dingin sebagai respons stres ketika jantung tidak bekerja optimal. Ini adalah mekanisme “fight or flight” yang diaktifkan tubuh saat merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Keringat dingin ini biasanya terasa berbeda—lengket, dan sering disertai perasaan cemas atau tidak nyaman yang tidak bisa dijelaskan.

Pusing atau Pingsan

Pusing yang muncul tiba-tiba, atau bahkan sampai pingsan, bisa terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu akibat jantung tidak memompa dengan baik. Ini berbeda dari pusing biasa karena kurang makan atau berdiri terlalu lama.

Biasanya pusing ini muncul saat beraktivitas atau bahkan saat istirahat. Kadang disertai penglihatan berkunang-kunang atau perasaan seperti akan pingsan.

Yang perlu diwaspadai, kalau pusing ini sering terjadi bersamaan dengan gejala lain seperti nyeri dada atau sesak napas, segera konsultasi ke dokter.


Kapan Harus Segera ke Dokter

Kapan Harus Segera ke Dokter Jantung

Jangan main-main kalau mengalami kombinasi beberapa gejala di atas, apalagi kalau:

  • Nyeri dada yang tidak mereda setelah beberapa menit.
  • Sesak napas yang semakin memburuk
  • Nyeri yang menyebar ke lengan, leher, atau rahang.
  • Keringat dingin disertai mual dan pusing
  • Pingsan atau hampir pingsan

Kalau mengalami gejala akut, jangan ragu untuk ke UGD. Lebih baik salah alarm daripada terlambat menangani. Di Jakarta, misalnya, banyak rumah sakit yang punya layanan emergency 24 jam dengan fasilitas kateterisasi jantung.

Ingat, “time is muscle”—semakin cepat ditangani, semakin banyak otot jantung yang bisa diselamatkan.


Tips Pencegahan Sederhana

Tips Pencegahan Sederhana Jantung Koroner

Mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan:

Jaga pola makan. Kurangi makanan berlemak jenuh, perbanyak sayur dan buah. Ikan seperti salmon dan tuna bagus untuk kesehatan jantung karena kaya omega-3.

Olahraga teratur. Tidak perlu yang berat-berat. Jalan santai 30 menit sehari sudah cukup efektif. Yang penting konsisten.

Kelola stres. Stres berkepanjangan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner.

Berhenti merokok. Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung koroner.

Kontrol tekanan darah dan kolesterol. Rutin cek kesehatan minimal setahun sekali, terutama kalau ada riwayat keluarga dengan penyakit jantung.


Gejala awal penyakit jantung koroner pada orang dewasa sering kali tidak jelas dan mudah terabaikan. Tapi dengan pemahaman yang tepat, kita bisa lebih waspada dan melakukan deteksi dini.

Ingat, jantung adalah organ vital yang bekerja 24/7 tanpa libur. Kasih perhatian lebih pada sinyal-sinyal yang diberikan tubuh. Jangan tunggu sampai terlambat.

Kalau kamu mengalami beberapa gejala yang disebutkan di atas, sebaiknya konsultasi dengan dokter spesialis jantung. Pemeriksaan sederhana seperti ECG atau tes darah bisa membantu mendeteksi masalah sejak dini.


Referensi: