6 Penyebab Infertilitas Pria yang Sering Diabaikan

6 Penyebab Infertilitas Pria yang Sering Diabaikan

Tahukah kamu kalau 1 dari 6 pasangan di Indonesia mengalami kesulitan untuk memiliki anak? Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata 40-50% kasus infertilitas justru berasal dari faktor pria. Tidak sedikit yang terkejut dengan data ini, sebab selama ini kesuburan kerap dianggap sebagai masalah yang hanya berkaitan dengan wanita.

Dalam pernyataannya, Dr. Andri Wanananda, androlog di RS Cipto Mangunkusumo, menyebut bahwa dalam satu dekade terakhir, jumlah pria usia 25–40 tahun yang mengalami infertilitas meningkat secara signifikan. “Gaya hidup modern ternyata punya dampak besar terhadap kualitas sperma,” ungkapnya dalam sebuah seminar kesehatan reproduksi.

Banyak pria tidak tahu bahwa rutinitas harian mereka bisa memicu masalah kesuburan, dari kebiasaan sederhana seperti memangku laptop hingga pola makan yang kacau.


Memahami Sistem Reproduksi Pria

Memahami Sistem Reproduksi Pria

Sebelum membahas penyebab infertilitas pria, kita perlu paham dulu gimana sebenarnya sistem reproduksi pria bekerja. Proses pembentukan sperma atau yang disebut spermatogenesis ini membutuhkan waktu sekitar 74 hari. Artinya, apa yang kamu lakukan hari ini baru akan keliatan efeknya pada kualitas sperma sekitar 2-3 bulan kemudian.

Sperma yang sehat memiliki beberapa karakteristik khusus: bentuk normal (morfologi), gerakan yang lincah (motilitas), dan jumlah yang cukup (konsentrasi). Menurut standar WHO, pria dikatakan subur kalau punya konsentrasi sperma minimal 15 juta per mililiter dengan motilitas di atas 40%.

Yang menarik adalah, testis sebagai “pabrik” sperma ini sangat sensitif terhadap perubahan suhu, stres, dan zat-zat kimia. Makanya, banyak faktor eksternal yang ternyata bisa mengganggu produksi sperma tanpa kita sadari.


6 Penyebab Infertilitas Pria

6 Penyebab Infertilitas Pria

Stres Berkepanjangan dan Kurang Tidur

Siapa sih yang nggak stres di jaman sekarang? Deadline kantor, macet Jakarta, sampai urusan keluarga bisa jadi sumber stres harian. Ternyata, stres berkepanjangan ini punya efek domino yang serius terhadap kesuburan pria.

Produksi kortisol yang naik akibat stres dapat mengganggu keseimbangan hormon testosteron. Berdasarkan penelitian dari University of Padova, pria yang mengalami stres berat memiliki kadar sperma 38% lebih sedikit dibandingkan pria yang tidak stres.

Kurang tidur juga nggak kalah bahaya. Pria yang memiliki waktu tidur malam di bawah 6 jam berisiko mengalami penurunan kualitas sperma sebesar 25%. Ini karena produksi testosteron paling optimal terjadi saat fase deep sleep, biasanya antara jam 10 malam sampai 2 pagi.

Paparan Panas Berlebihan

Nah, ini yang sering banget diabaikan! Testis memang sengaja “digantung” di luar tubuh karena butuh suhu sekitar 2-3 derajat lebih dingin dari suhu tubuh untuk produksi sperma optimal. Sayangnya, kebiasaan modern kita justru sering “memanas-manasin” area ini.

Kebiasaan menaruh laptop di pangkuan saat kerja dari rumah, misalnya. Panas dari laptop bisa meningkatkan suhu skrotum hingga 2,8 derajat Celsius. Penelitian dari State University of New York menunjukkan bahwa paparan panas laptap selama 1 jam saja sudah bisa menurunkan motilitas sperma.

Hobi sauna atau berendam di air panas juga perlu dibatasi. Meskipun bagus untuk relaksasi, tapi kalau terlalu sering (lebih dari 2 kali seminggu) bisa mengganggu produksi sperma. Begitu juga dengan kebiasaan pakai celana dalam ketat atau jeans skinny yang bikin area selangkangan jadi “gerah”.

Konsumsi Alkohol dan Merokok

Kesehatan reproduksi pria sangat rentan terhadap dampak negatif dari konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok. Alkohol bisa menurunkan kadar testosteron dan mengganggu kualitas sperma. Bahkan konsumsi moderat (5 gelas per minggu) sudah terbukti menurunkan konsentrasi sperma hingga 16%.

Rokok lebih parah lagi efeknya. Kerusakan DNA sperma dan penurunan motilitasnya bisa terjadi akibat paparan zat nikotin dan tar. Pria perokok punya risiko 13% lebih tinggi mengalami penurunan konsentrasi sperma. Yang lebih mengerikan, efek negatif rokok ini bisa bertahan sampai 3 bulan setelah berhenti merokok.

Obesitas dan Pola Makan Buruk

Perut buncit ternyata nggak cuma masalah penampilan doang. Obesitas bisa mengganggu keseimbangan hormon dan menurunkan kualitas sperma secara signifikan. Pria dengan BMI di atas 30 punya risiko oligozoospermia (jumlah sperma sedikit) 2 kali lebih tinggi.

Konsumsi junk food yang kaya lemak trans dan gula turut memberikan dampak buruk bagi tubuh. Sebaliknya, pola makan mediterania yang kaya antioksidan (buah, sayur, ikan, kacang-kacangan) terbukti meningkatkan kualitas sperma. Makanya, mulai sekarang kurangi gorengan pinggir jalan dan perbanyak sayur hijau!

Paparan Zat Kimia dan Radiasi

Ini yang paling sering nggak disadari, terutama buat yang kerja di industri tertentu. Paparan pestisida, logam berat, cat, pelarut kimia, dan radiasi bisa merusak sperma secara perlahan.

Botol plastik yang dipanaskan berulang kali bisa melepaskan BPA, zat yang diketahui berbahaya bagi tubuh. Penelitian menunjukkan pria dengan kadar BPA tinggi dalam urin punya konsentrasi sperma 23% lebih rendah. Makanya, hindari minum air dari botol plastik yang kepanasan di mobil.

Radiasi dari rontgen berlebihan atau CT scan juga perlu diwaspadai. Meskipun dosis medis relatif aman, tapi kalau terlalu sering bisa berefek kumulatif.

Penggunaan Gadget Berlebihan

Siapa yang nggak bisa lepas dari HP? Ternyata, radiasi elektromagnetik dari ponsel bisa mengganggu produksi sperma, lho. Kebiasaan naruh HP di saku celana depan atau tidur sambil taruh HP di bawah bantal ternyata berisiko.

Studi oleh Cleveland Clinic menemukan bahwa penggunaan ponsel selama lebih dari 4 jam per hari dikaitkan dengan penurunan motilitas sperma sebesar 8% pada pria. WiFi dan bluetooth juga punya efek serupa, meskipun lebih kecil.

Yang lebih parah adalah kebiasaan main game berjam-jam sambil duduk. Posisi duduk lama bisa meningkatkan suhu skrotum dan mengganggu sirkulasi darah ke testis.


Pemeriksaan yang Perlu Dilakukan

Pemeriksaan yang Perlu Dilakukan

Kalau kamu dan pasangan udah berusaha hamil selama lebih dari 1 tahun tapi belum berhasil, saatnya periksa ke dokter. Pemeriksaan awal yang umum dilakukan adalah analisis sperma guna menilai konsentrasi, pergerakan (motilitas), dan bentuk (morfologi) sperma.

Dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan hormon (testosteron, FSH, LH) dan USG skrotum untuk melihat kondisi testis. Kalau diperlukan, bisa juga dilakukan tes genetik atau biopsi testis.

Tak perlu ragu berkonsultasi dengan dokter spesialis andrologi atau urologi untuk memastikan penyebab kemandulan pada pria. Di Jakarta, beberapa RS yang punya layanan lengkap untuk masalah fertilitas pria antara lain RS Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, dan beberapa klinik fertilitas swasta.


Langkah Perbaikan Gaya Hidup

Langkah Perbaikan Gaya Hidup

Kabar baiknya, banyak kasus infertilitas pria yang bisa membaik hanya dengan memperbaiki pola hidup sehari-hari. Mulai dari hal-hal sederhana seperti:

Perbaiki pola tidur: Usahakan tidur 7-8 jam per malam dengan jadwal yang konsisten. Matikan semua gadget yang Anda punya minimal satu jam sebelum tidur untuk membantu meningkatkan kualitas tidur.

Kelola stres: Coba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga teratur. Kalau perlu, konsultasi ke psikolog untuk manajemen stres yang lebih baik.

Jaga suhu testis: Sebaiknya hindari memakai celana ketat, terlalu sering sauna, atau meletakkan laptop di pangkuan. Gunakan celana dalam berbahan katun yang lebih sejuk.

Perbaiki pola makan: Perbanyak konsumsi antioksidan dari buah dan sayur. Kurangi makanan olahan dan perbanyak protein berkualitas dari ikan, telur, dan kacang-kacangan.

Olahraga teratur: Tapi jangan berlebihan. Olahraga intensitas sedang seperti jogging atau berenang 3-4 kali seminggu sudah cukup optimal.


Kapan Harus Konsultasi ke Spesialis

Jangan menunda konsultasi kalau kamu mengalami tanda-tanda ini:

  • Sudah mencoba untuk hamil selama lebih dari satu tahun, tapi belum berhasil.
  • Ada riwayat operasi di area genital
  • Mengalami disfungsi ereksi atau masalah ejakulasi
  • Nyeri atau pembengkakan di area testis
  • Riwayat kemoterapi atau radiasi
  • Usia di atas 35 tahun (untuk pasangan)

Dengan pemeriksaan menyeluruh, dokter spesialis akan merancang terapi yang tepat sesuai kebutuhanmu yang disinyalir sebagai penyebab mandul pada pria. Kadang penanganan sederhana seperti perubahan gaya hidup dan suplemen sudah cukup efektif.


FAQ

Apakah infertil artinya sama dengan mandul?
Infertil atau infertilitas adalah istilah untuk kondisi saat pasangan gagal memperoleh kehamilan meskipun telah berusaha selama 12 bulan tanpa alat pencegah kehamilan. Istilah “mandul” lebih kasar dan kurang tepat secara medis.

Berapa lama perubahan gaya hidup baru keliatan hasilnya?
Karena spermatogenesis butuh 74 hari, perubahan positif baru akan keliatan setelah 2-3 bulan menjalani gaya hidup sehat.

Apakah suplemen bisa membantu meningkatkan kesuburan pria?
Beberapa suplemen seperti zinc, vitamin C, vitamin E, dan coenzyme Q10 terbukti membantu meningkatkan kualitas sperma. Tapi tetap konsultasi ke dokter dulu sebelum konsumsi.

Bisakah pria infertil punya anak dengan cara lain?
Tentu saja! Ada berbagai teknologi reproduksi berbantu seperti IUI, IVF, atau ICSI yang bisa membantu pasangan infertil punya keturunan.


Referensi: